Minggu, 05 Januari 2014

Mencintai dalam Diam, Merindukan dalam Doa.

Kekasihku,
Malam ini langit kelabu ragu-ragu. Dia tak menampakkan bintang, tapi tak juga menurunkan hujan. Kau bilang disana langit menjatuhkan rinai hujannya pada gerimis, langit kita sedang tak seirama.

Kekasihku, kupandangi langit malam ini, berharap rembulan membiaskan parasmu yang kurindukan. Berharap angin mendesiskan santun suaramu yang membuatku terpikat. Kau, bagiku kau adalah kesempurnaan yang tak teraih. Kesucian yang tak terjamah.

Kekasihku, setiap membaca pesan darimu pipiku bersemu merah, senyumku terkembang dan segala rasa sedih gelisah perlahan memudar. Kala melihat namamu menelponku hatiku membuncah menahan luapan gembira. Otakku bekerja keras mencari bahan pembicaraan, entah mengapa tak pernah ada habisnya.

Kekasihku, tidakkah terbaca olehmu betapa aku memiliki perasaan istimewa padamu. Perasaan yang tak akan pernah tersampaikan karena aku takut tak pada tempatnya. Karena aku takut merusak kesucianmu. Karena aku takut aku tak sesempurna engkau.

Tidak kekasihku, kau bahkan lebih dari sekedar pandai daripada sekedar tahu bahwa aku menyimpan perasaan istimewa ini untukmu. Aku menyimpan hati ini rapat-rapat. Aku lelah beberapa kali sudah harus mengganti hatiku dengan yang baru karena hati demi hati yang sebelumnya hancur dan terkoyak parah. Maafkan aku kekasihku, bila aku tampak begitu keras untuk kau dekati, begitu angkuh untuk kau lembutkan.

Maafkan aku yang berjuang sungguh-sungguh untuk menolak pesonamu, sekalipun itu sia-sia. Aku telah jatuh hati padamu sejak pertama bertemu, sejak memandangmu pertama kali, dan sejak kau mengenalkan dirimu pertama kalinya. Wajahmu terpahat sempurna di ingatanku, seklipun ribuan malam kita lewatkan tanpa pernah sekalipun bertemu kembali.

Kekasihku, takkah kau sadar betapa tingginya derajatmu di mataku. Kau dan kesederhanaanmu, kau dan keshalihanmu, kau dan sopan santunmu... Aku merangkak, berlari dan memanjat bersusah payah untuk menyamaimu, untuk dapat sekufu denganmu. Sekalipun aku tahu ini tak akan mudah, bukan berarti aku tak bisa.

Kekasihku, perasaan ini tak akan pernah terungkapkan padamu. Tak akan pernah keluar dari bibirku. Maafkan aku yang begitu keras kepala menyimpannya rapat-rapat, maafkan aku yang memegang teguh prinsip kehormatan wanita. Betapapun istimewanya perasaan ini, dia jauh lebih istimewa jika kau menjemputnya.

Kau boleh bilang aku sedang berjudi dengan perasaan istimewa ini. Bertaruh kau memiliki perasaan yang sama dan menjemput hatiku, atau suatu saat nanti aku harus menikam rasa ini karena mendengar kau di pelaminan dengan wanita yang bukan aku....

Kekasihku, lebih mudah bagiku mencintaimu dalam diam sampai waktu kita tiba...

Aku merindukanmu, tahukah kau? Atau kau sedang berpura-pura tidak tahu seperti biasanya, lantas menyindirku dengan halus hingga membuatku tersipu?

Aku merindukanmu, rindu yang juga takkan pernah sanggup keluar dari bibirku. Aku sering disergap perasaan bersalah bila mencoba mengutarakan perasaan istimewa dan rindu ini. Aku sering merasa terlalu lusuh dan kotor karena memiliki rasa ini untukmu.

Aku merindukanmu, merindukan ketenangan saat di dekatmu. Merindukan cahaya yang berpendar-pendar dari dirimu. Aku merindukanmu, dan setiap rindu itu muncul aku hanya bisa bersimpuh, beristighfar berulang-ulang.

Lebih mudah bagiku mencintaimu dalam diam, merindukanmu dalam doa.

Semoga Allah memiliki rencana indah bagi kita, Kekasihku...



0 komentar:

Posting Komentar