Jumat, 13 Juni 2008

Cuapek pol...

Mau nulis apa yaaah...

Ya...

berat badanku turun 2 kilo...
jam tanganku mulai kegedean...
Celanaku melorot2 terus....

Aku suka bentuk badanku sekarang...
Tapi aneh juga kalo kurus gini....

Yeah...masa menabung harus terus dipertahankan....
Sebenernya aku gak lagi nabung...karena emang gak ada pemasukan untuk ditabung...

melainkan mempertahankan tabungan agar tak semakin habis saja...

hwekekekekek...

Oh lemak-lemak di perutku...

pergilaaaaah...
berubahlah jadi pundi2 emaaaas....

Minggu, 08 Juni 2008

Untukmu, Irham...

Sejak tanggal 1 Juni di Unej, ketika aku datang untuk menghadiri ulang tahun menwa kita tercinta, aku tak pernah lagi melihatmu. Apalagi untuk bercanda ria hingga membuat segala pasang mata cemburu. Aku menatapmu dalam diam kala itu, dan dengan bodohnya berharap kau dapat mengartikan diamku sebagai luapan rindu.

Aku hanya diam membatu di tempatku, tanpa ada nyali mendekatimu. Seperti katamu, "jaga jarak saja saat bertemu disitu". Ketika kau berdiri dengan gagah di hadapanku, dengan baju hijau2 dan baret warna ungu, jadi Danki katamu, dan aku cukup bahagia menatap punggungmu.
Lalu ketika namamu dipanggil sebagai pembaca doa, tuhan, hatiku berdesir mendengar suaramu. Bagi yang lain mungkin suaramu hanya membahana di ruang alumni itu, namun bagiku tidak.. suaramu membahana di relung hatiku dan bergaung berulang di tebing jiwaku lalu menyusup ke dalam darahku.

Kala setiap orang menanti makan-makan sebagai acara puncak, tak kupungkiri, aku juga mengharapkannya. Namun bukan untuk makan, tapi mengambil kesempatan duduk di dekatmu. Tapi nyali ini ciut juga, aku ketakutan bahwa kau tak akan mengacuhkanku. Meski teman-temanku melebarkan sempitnya dadaku menahan gejolak ini, aku tak bisa. Kucoba dekati yang lain di dekatmu, sebagai kamuflase, takut2 kau tak menggubrisku.
Kau malah asyik bercanda dengan gadis lain.

Aku tahu, harusnya aku bisa bersikap biasa saja, seperti gadis2 lain yang menyapamu, bersalaman denganmu, lalu tertawa-tawa di dekatmu kemudian memuji ketampananmu. Harusnya aku seperti itu. Tapi status kita menghalangi untuk itu. Aku takut bila kulakukan hal itu banyak pasang mata akan memandang aku menyalahgunakan tugas hanya agar bisa di dekatmu. Aku percaya kita masih punya banyak waktu, bahkan andai boleh kukata, aku ingin habiskan waktuku nanti hanya denganmu. Cuma kamu.

Kunikmati kesendirianku menatapmu yang berdiri di depanku sambil menatap arah lain. Kekasihku sedang bertugas, batinku. Namun ketika seorang lelaki duduk di sampingku dan melingkarkan tangannya di kursiku aku merasa tak nyaman. Engkau di depanku, tapi lelaki itu malah memegang bahuku, aku berharap kau melihatku, menarikku dari situasi ini, api kau tak jua menatapku. Aku meratap dalam diam, menggerakkan bahuku, kurasa cukuplah bahasa tubuhku mengisyaratkan aku tak ingin bahu ini disentuh orang lain, apalagi pujaanku ada di depan mata.

Kurayu dirimu untuk mengabadikan foto kita berdua, wajahmu mengatakan tanda-tanda keberatan. Tapi aku tak sanggup lagi, tak sanggup bila harus bersabar untuk tidak memiliki fotomu yang akhirnya memaksa daya khayalku melukiskan wajahmu samar2. Aku jadi semakin merindu.

Untung saja, komandanmu begitu memahami perasaanku, diijinkannya aku berfoto denganmu. Tahukah kau, aku merasa sangat bahagia, meskipun ku tau, engkau terpaksa.

Kau antarkan aku ke mobil satuanku, aku berharap kau mengutarakan hal-hal romantis disitu. Sekedar mengatakan, "Aku merindukanmu..." sebagai tanda bahwa bukan hanya aku yang tersiksa dalam kerinduan dan kebimbangan hatiku. Namun kau tak berkata apa-apa. Senyum pun aku tak dapat. Gelisahkah dirimu sayangku?

Lazimnya orang merindu karena lama tak bertemu. Aku tidak begitu. Setelah bertemu denganmu kurasakan nikmatnya debaran-debaran perpisahan kita. Alhasil, kerinduan ini semakin memuncak. Dan cintaku akhirnya mengalami reconditie.

Teman-temanku bilang, aku jadi tak waras sejak berkenalan denganmu. Aku jadi suka tersenyum-senyum sendiri, lalu suatu waktu aku bisa uring-uringan dan menekuk wajahku sampai kusut.
Postur tubuhmu yang kurus, kuakui jauh dari postur lelaki yang kuharapkan, namun ternyata begitu memikat. Dan lagi-lagi, daftar lelaki ideal yang kubuat sedari dulu untuk menentukan seseorang layak tuk dapatkan diriku menjadi tidak penting.

Setiap pagi, aku berusaha tuk menjaga lelap tidurku, sampai kudengar ringtone HP ku melagukan pertanda SMS. Lalu berharap, nama yang tercetak pada bar sender adalah dirimu. Aku ingin ketika terjaga, ada dirimu. Meski hanya ter manifestasi dalam bentuk untaian2 huruf di layar HP.
Pagi terasa begitu berbeda bila kuawali dengan berkomunikasi denganmu. Padahal bagi orang lain, pagi akan biasa saja. Bagiku tidak, setiap pagi yang kuawali dengan dirimu selalu menjadi hari yang luar biasa.

Begitupun dengan malamku, aku gelisah tanpa mendengar suaramu terlebih dahulu. Aku begitu ingin kau mengecupku sebelum aku jatuh terlelap meski hanya lewat gelombang suara.

Sayang, aku begitu merindumu dan kerinduan ini sudah klimaks. Aku tak sanggup lagi membendung kerinduanku yang membuatku tak waras. Aku menjadi bimbang, kerinduan ini derita atau kenikmatan yang tiada tara.

Akan kulakukan apapun untuk mendatangkanmu kemari. Tak peduli kau mengeluh tentang kesibukanmu disana karena tak mungkin juga aku ke kotamu bila harus ku ikuti persyaratanmu. Entah bagaimana, 1000 cara akan kutempuh demi kedatanganmu.

Jiwaku sudah sakit karena menopang rindu ini,maz.

Dan tidak akan terobati sampai kita bertemu.


Kecup sayang untukmu,lelaki yang tak pernah kusesali..
Mmmuach!

Your Love, Tiar