Senin, 29 Oktober 2012

Assalammualaikum...

Hehehe...
Alhamdulillah pada tanggal 13 Oktober 2012 berhasil menorehkan prestasi di Bidang Rias Pengantin. Kali ini sukses menyabet Juara II, harus bener2 belajar lebih giat lagi untuk jadi juara I di lomba berikutnya :)


Yippie!!!

Semoga orderan makin laris setelahnya... hehehhehee...

Selasa, 10 Juli 2012

Mendalami Bakat dan Hobi

Hallo...
Lama banget nih nggak ngeblog :D
Maklum lah kan aq lagi sibuk banget ama pekerjaan di akhir periode Semester I, yang nggak hanya menguras pikiran, tenaga, waktu tapi juga menguras isi kantong. Ya iyalah, soalnya tiap ngerjain tugas aku harus sambil nyamil... tukang jualan apa aja pasti bakalan aku cegat sambil mengibas-ibaskan duit. Ujung-ujungnya, beban pekerjaan berangsur-angsur berkurang tapi berat badan  bertambah dengan drastis. Wooooo...

Saat ini seiring berjalannya waktu beban pekerjaan mulai berkurang dan kembali normal. Sekalipun setiap tugas memiliki deadline dan kebiasaan pulang lembur masih tidak bisa dihindari. Well, Koko Hadi pernah bilang sih, Lembur itu satu paket dengan konsekuensi pekerjaan loh. Yeah bener banget :)

Nah, meski beban pekerjaan semakin meningkat karena bisa dibilang aku masuk dalam divisi menuju WTP (salah satu opini pelaporan keuangan negara gitu deeeyh) tapi aku masih ngerasa kurang punya aktivitas lain untuk menyalurkan bakat,hobi dan pelarianku atas penat yang terkadang menyapa.

Aku memutuskan untuk menekuni hobi merias dengan serius. Kalau selama ini aku merias untuk keluarga dan beberapa rekan untuk menerima side job merias. Ditambah beberapa kali aku harus make up-in model2ku untuk hobi fotografi ku :D Makanya kalau nerima job rias penerima tamu, pesta dan wisuda sih aku setujuuuu aja... wkwkwkwkw...

Karena pernah ngerasain hasil riasan murid bu Ambar di Kerinci, maka aku nggak ragu lagi menentukan tempat belajar Rias Pengantin ku.Hasil riasan yang halus dan benar-benar nggak diragukan lagi deh. Lagian tempatnya cukup dekat dengan kantorku, makanya kalau lemburan aku seneng-seneng aja sih, soalnya kan habis lembur terbitlah terang...eh, habis lembur terbitlah waktu kursus.

Aku ngerasa nemuin passion di dunia make up. Aku ngerasa seneng banget tiap make-up in orang :).
Karena itulah aku nggak ragu-ragu untuk menguras tabungan guna memenuhi perlengkapan make up dan bahan-bahan yang aku butuhkan. Nggak tanggung-tanggung aku langsung beli yang kualitas nomer wahid. Akibatnya mudah ditebak lah, rekening merosot dengan tajam sampai harus memberlakukan subsidi silang ama kekasih tercinta yang selalu mendukungku :D

Nah, ketika berlatih rias pengantin itulah aku mendapatkan banyak sekali tips make up yang bermanfaat. Selain itu aku diajarkan teknik-teknik khusus yang mampu menciptakan riasan spektakuler!

Karena aku mendukung motto : Keep Learn, Keep Share and Keep Down To Earth maka aku membuat blog untuk berbagi (dan berpromosi sebenernya :D ) klik disini

Sekarang kemampuan meriasku meningkat pesat, berkat arahan dari pengajar2 yang handal dan telaten. Makanya udah berani ambil job akad, prewedding dan wisuda :*

Buat yang mau ikutan daftar, ayoook :D

Rabu, 04 Juli 2012

Komitmen

Assalammualaikum,

Tahun lalu hubunganku dengan mas Wiji mendapatkan cobaan dari pihak orang tuaku yang tidak setuju aku menikah dengan lelaki yang usianya terpaut cukup jauh. Melalui pembicaraan intense, perselisihan demi perselisihan hingga perang dingin yang terjadi akhirnya meluluhkan hati orang tuaku.

Berbesar hati mereka akhirnya mengijinkanku untuk melanjutkan hubungan dengan mas Wiji, tanpa perlu perselisihan dan pertemuan diam-diam kami lagi. Alhamdulillah.

Pada bulan kedua setelah restu itu hadir, orang tuaku mulai bertanya arah hubungan kami. Masih dengan mantap aku menjawab bahwa kami serius. Bahkan impian untuk melangsungkan lamaran pada hari Ulang Tahunku seakan tampak nyata. Tapi bulan demi bulan berlalu, aku berusaha menyampaikan pada mas Wiji mengenai komitmen, dijawab hanya dengan anggukan kepala, tatapannya yang penuh cinta dan rencana yang dia simpan untuk dirinya sendiri.

Bulan demi bulan kembali berlalu begitu saja, hubungan kami dipenuhi suka dan duka. Terkadang kami begitu rukun tapi tak jarang pula aku yang biasanya meributkan sikap dan sifatnya. Padahal dari awal dan sepanjang hubungan kami selama ini aku sudah mengetahui bagaimana dirinya, tetapi tetap saja ada hal-hal yang membuatku kesal dan aku berharap dia nggak melakukan kesalahan yang sama lagi.

Sesekali ayahku mengangkat topik, kapan mas Wiji dan Ibunya kerumah. Makin sering ayah bertanya dan mama berusaha memberikan kesan bahwa orang tuaku nggak memaksa untuk cepat-cepat, maka semakin tidak yakin aku harus menjawab bagaimana.

Mas Wiji sudah mengutarakan apa yang menjadi hambatan saat ini, Ibunya. Ibu masih meminta mas Wiji berfikir lagi. Dan yang aku sesalkan mungkin Mas Wiji juga kurang meyakinkan ketika berkata dan setelah kakak Mas Wiji membantu bicara dengan Ibu, Mas Wiji tidak ada follow up lagi. Alasan Mas Wiji karena dia belum ketemu dengan ibunya.

Minggu-minggu ini orang tuaku mulai sering membicarakan tentang Mas Wiji. Beliau tidak ingin ada kesan kami yang memaksa mempercepat pernikahan, aku juga di posisi yang serba salah. Apalagi sejak pembicaraan harta saat itu.

Keluarga yang memang tidak punya warisan mungkin memang tidak sepantasnya mengajukan anaknya ke keluarga yang sudah mempersiapkan harta untuk anak-anaknya. Nggak, aku juga nggak mau muncul pemikiran seperti itu. Aku nggak pernah tau harta mas Wiji apa aja dan dimana aja, aku nggak pernah berpikiran menikmati harta warisannya, Astaghfirullah...

Tapi aku mengerti pemikiran orang tuaku, usia mas Wiji yang saat ini 31 tahun tentu membuat orang tuaku berfikir bahwa pernikahan harus segera dilangsungkan untuk menjagaku sendiri. Orang tuaku yang menikah di usia 28 tahun saja merasa bahwa pernikahan mereka terlambat, akibatnya saat anak-anaknya masih membutuhkan biaya, orang tuaku masih harus bekerja keras di usia yang sudah bisa dikatakan saatnya beliau beristirahat dan kami yang menyenangkan hati beliau...

Orang tuaku juga mengherankan mengapa tahun lalu kami begitu fight memperjuangkan hubungan kami, tetapi begitu mendapatkan restu orang tuaku, justru tidak ada lagi pembicaraan atau langkah-langkah kami ke arah serius.

Aku paham bahwa Mama memang menginginkan pesta pernikahan yang meriah,secara aku adalah anak perempuan satu-satunya, sedang ayahku berharap biasa-biasa aja. Sekalipun sebenernya aku punya impian pesta pernikahan sendiri, tapi dengan usiaku, tabunganku dan pemikiran-pemikiran lainnya seiring bertambahnya usiaku, impian itu akhirnya menjadi sebuah hal yang selalu bisa dinegosiasikan.

Sebagai laki-laki mas Wiji diharapkan punya target mau dibawa kemana hubungan ini dan kapan step by step yang harus dia lakukan akan terwujud. Kalau sekedar niatan menikah tahun ini tanpa ada target step by step sama saja masih ambyar...

Dan orang tuaku mengingatkanku untuk mulai menarik diri darinya, menjaga hatiku yang mudah hancur ini untuk tidak terlalu berharap...

Aku yakin orang tuaku berusaha memberikan pemahaman yang baik untukku.

Laki-laki itu pemimpin. Jika dia tidak bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, jika dia tidak bisa menentukan langkahnya kemana dan kapan maka laki-laki itu tidak cukup baik bagimu. Komitmen itu begitu mudah dijanjikan tapi tidak dengan tindakannya.

Senin, 23 April 2012

Merubah Mindset

Permasalahan bulan Maret lalu antara Gw dan Mas Wiji memang bisa dibilang fase paling berat di kehidupan kami. Gw ngerasa sebal gara-gara Mas Wiji nggak bisa belain Gw di hadapan perempuan yang menghina Gw, ditambah sedikitnya waktu yang dia kasih buat Gw akhirnya membuat Gw jengah.

Untungnya saat itu Gw punya sahabat-sahabat yang baik. Salah satunya seseorang yang Gw anggep sebagai kakak,sebut saja namanya Mister B. Gw ngerasa gw butuh pandangan seorang laki-laki, setelah gw cerita ke Mister B, Gw akhirnya tersadarkan,bahwa mindset Gw akhir-akhir ini mulai ke arah yang tidak benar.

Gw pikir setelah Mas Wiji mengutarakan maksudnya untuk menikahi Gw itu artinya Mas Wiji adalah dunia Gw. Gw jadi menuntut perhatiannya, Gw jadi memperhatikan sedetail mungkin sikap dia ke Gw. Saat Gw lagi butuhin dia dan Gw bilang secara tersirat...dia justru tidak peka dan asik dengan dunianya sendiri.

Akhirnya setelah perbincangan Gw dengan Mister B, well...harus Gw akui bahwa selama ini Gw mengorbankan diri Gw sendiri. Misalnya kalau Gw udah ada janji ama orang lain,tapi Mas Wiji lantas kosong dan ngajak Jalan maka Gw akan ikutan Mas Wiji dan membatalkan acara Gw. Padahal ketika Gw kosong dan ngajak Mas Wiji jalan, dia cukup "jual mahal" untuk nggak keluar ama Gw.

Daripada Gw yang jadi nggak asyik karena menuntutnya untuk laporan dan semacamnya hanya karena Gw takut kehilangan dia, maka sejak malam aku makan berdua ama Mister B itu Gw balik lagi jadi Tiar jaman dulu. Sosok Tiar yang jual mahal dan seakan tidak membutuhkan.

Mindset Gw yang semula bisa jadi lemah di hadapan Mas Wiji dan cenderung membuatnya nggak nyaman akhirnya Gw balikin lagi menjadi diri Gw yang sebelumnya.

"Halooo, Gw Tiar Nurita, Lo bisa panggil Gw Tiar. Gw lulus setelah 3,5 tahun menempuh ilmu hukum di Universitas Airlangga. IPK gw Cumlaude,dan meski Gw bukan lulusan terbaik tapi Gw berhasil jadi Mahasiswa Prestasi dua tahun berturut-turut. Gw masih muda, Gw punya keahlian berbisnis, Gw multitalent dan Gw punya karir. Disamping itu, Gw seksi karena kecerdasan otak gw dan kehebatan gw dalam bersosialisasi dengan orang lain. Gw juga masih muda dan berbakat. So, Gw adalah seseorang hebat, Gw bukan wanita yang pantas untuk mengekang laki-laki. Jadi,ngapain Gw mengorbankan diri Gw sendiri. Harusnya Gw happy-happy aja kaleee.... 

Hihihi...

TAPI ITU BUKAN BERARTI GW NGGAK BUTUH MAS WIJI

Gw tetep wanita yang membutuhkan seorang laki-laki dan itu Mas Wiji. Gw cinta sama dia, gw sayang dan gw akan tetap mempertahankan dia. Ketika ama Gw, dia emang calon suami Gw, yang harus fokus ama kebersamaan kami dan dia harus menunjukkan kasih sayangnya ke Gw. Tapi ketika dia ada acara kerjaan, itu adalah saat dimana dia sedang bekerja keras bagi Gw dan masa depan kami berdua. Ketika dia bersama teman-temannya, maka itu adalah dunianya. Masa dimana dia harus bersosialisasi dan memenuhi kebuthannya sebagai makhluk sosial.

Demikian pula Gw, Gw menikmati masa-masa dimana Gw lagi sibuk ama kerjaan Gw, juga momen kebersamaan Gw dengan sahabat. Gw udah mulai menempatkan diri Gw secara benar, ketika Gw udah ada janji dengan orang lain,Gw ga akan mengorbankan janji itu untuk ketemu ama Mas Wiji. Artinya kami harus reschedule. 

Kehidupan hubungan kami berangsur membaik, dia sekarang jauh lebih care dan peduli ke Gw. Semanjak Gw bermetamorfosa menjadi wanita mandiri yang berprinsip, dia jauh lebih menghargai Gw. Gw juga lebih respect ama dia. Hubungan kami jadi penuh cinta dan kebahagiaan. 

Yaaaa.... kadang Gw emang ngambek lagi sih, kalau dia mulai kumat ditanyain janji tapi jawabannya "mudah-mudahan..." kayak nggak diniati gituuuu..... >.<

Gw bahagia jadi calon istrinya dan dia juga lebih sering mencurahkan romantisme ke Gw.

Intinya sih, semakin Gw jual mahal, semakin dia sayang dan cinta ama Gw. Tapi ketika dia lagi jual mahal ya balik lagi Gw yang berusaha mengalah...

Love Mas Wiji so Much!

Rabu, 01 Februari 2012

Menerima Apa Adanya Itu Tidak Mudah, Kawan

Saya sedang PMS, Pre Menstrual Syndrom. Bukan secara physically tapi secara emosional. Saya ingin dimanja, ingin lebih diperhatikan dan lebih sering memiliki waktu spesial berdua dengan pasangan.

Tapi ketika pasangan saya sedang sibuk dengan pekerjaannya dengan alasan auditor mau memeriksa, saya paham. Secara ketika instansi saya didatangi auditor kami pun begidakan mengumpulkan berkas-berkas. Saya bisa mengalah, mengisi waktu saya dengan kegiatan lain. Mengalihkan emosi PMS saya yang tidak tersalurkan kepada sandsack dan target.

Tetap saja saya merasa kehilangan, seringkali ketika dia tidak sibuk saja dia sudah cukup percaya saya bisa mandiri (baca: cuek) apalagi ketika dia sibuk. Jarang bertatap muka ditambah dengan minimnya komunikasi sekalipun kami terhubung dengan berbagai media komunikasi, membuat saya semakin senewen. Kami bertemu hanya dalam kegiatan tertentu, bukan waktu spesial yang saya harapkan hanya ada saya dan dia.

Saya sudah merajuk, sudah memohon bahkan bisa dibilang mengemis. Sampai nangis juga dia tidak mengabulkan permintaan saya karena banyak pekerjaan. Lantas bagaimana perasaan saya ketika saya berharap weekend ini punya waktu bersamanya justru dia meluangkan seharian waktunya bersama teman-temannya dan tidak mengacuhkan keinginan saya?

Saya sakit hati, merasa tidak diinginkan, merasa diabaikan, merasa tidak berarti bagi dia. Saya terdiam sepanjang perjalanan kami, dia bilang pekerjaan akan diselesaikan sebelum Sabtu agar bisa menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Bukan dengan saya,tidak untuk saya.
Kejadian ini sudah beberapa kali terulang, setiap saya protes, marah, ngomel dan diam dia selalu meminta maaf dan termaafkan.

Tapi kali ini, karena hormon saya sedang labil, keinginan saya diabaikan, saya butuh perhatian dan tidak mendapatkannya, saya ingin waktu untuk kami berdua juga tak terkabul, maka saya memutuskan diam.

Mungkin memang demikianlah dia, yang tidak benar-benar paham keinginan saya. Saya hanya ingin dimanja, diperhatikan, saya ingin bercanda dengan dia yang hanya terwujud kalau kami hanya berdua. Saya senang memiliki waktu berdua dengan dia, saya jadi bisa melihat tertawanya yang lepas karena saya, dia bisa bertingkah lucu tanpa malu di depan saya. Itu hanya terwujud di waktu kami hanya berdua. Karena itu aku membutuhkan waktu istimewa itu. Tapi rupanya dia memang demikian adanya.

Dulu saya uring-uringan karena dia lebih sering bertemu dan perhatian pada teman- temannya, lantas dia mengenalkan saya pada teman-temannya, tapi itu juga tidak berarti dia dapat mengabaikan saya. Memang minggu lalu dan minggu ini dia sering mengajak saya bertemu dengan teman-temannya, tapi itu jelas berbeda dengan waktu jalan-jalan, makan,nonton,atau kegiatan lain berdua saja. Hal yang sudah sebulan ini tidak pernah lagi kami lakukan.

Bukan berarti mengajak saya bertemu teman-temannya sama dengan dia meluangkan waktu untuk saya, itu jelas berbeda. Saya menikmati saat-saat saya berbincang dengan teman-temannya, bercanda dan tertawa bersama teman-temannya tapi saya juga membutuhkan keberadaan dia secara personal juga.

Saya lelah berulang kali protes, marah dan ngomel tentang cara dia membagi waktu bagi hubungan kami. Mungkin memang demikianlah dia, dan saya harus memendam perasaan ini entah sampai kapan dan sekuat apa.

Saya menyayanginya, teramat sangat. Hal yang membuat saya dengan mudah memaafkannya. Saya mencintai juga teramat dalam. Tetapi menjaga perasaan itu tetap butuh maintenance, bukan berarti kami telah menjalin hubungan serius lantas saya tidak butuh perhatian, waktu dan pujian.

Kali ini saya harus kembali realistis, laki-laki takkan berubah. Saya harus menerima dia apa adanya, kalau tidak sanggup berarti saya harus mengikhlaskannya. Saya tidak mau menjadi wanita yang memendam perasaan tidak suka terus-menerus lantas selingkuh dengan orang lain yang sanggup memberikan saya perhatian, pengertian,waktu dan pujian.

Cinta itu tidak buta, hanya kita yang terlalu nyaman menutup mata di dalamnya. Ini waktu bagi kami untuk evaluasi diri masing-masing. Apakah saya yang terlalu banyak menuntut atau dia yang memang "lupa" bahwa dia yang memutuskan memiliki saya sebagai bagian dari hidupnya? Juga apakah masing-masing dari kami sudah siap menerima sifat dan perilaku pasangan masing-masing? Saya pribadi tidak siap dan takkan pernah mau diperlakukan begini.


*rasanya lega sudah bisa menuangkan kejujuran lewat tulisan tanpa bermaksud menyalahkan, menyakiti, mengintilidasi orang lain. Rasanya lega meneteskan air mata dan sesenggukan menangisi perasaan saya kali ini.

Jika memang berjodoh,mudahkan kami saling mengisi dan memahami, jika tidak berjodoh maka mudahkan hati kami untuk ikhlas..

Kamis, 26 Januari 2012

Nostalgia Pengalaman dengan Bela Diri

Menjadi anak perempuan satu-satunya di rumah bukan alasan saya menjadi sosok wanita manja yang lemah gemulai. Kalau manja emang ada lah meskipun tidak sering-sering amat. Tapi lemah gemulai, tentu jauh sekali dari aktivitas saya. Kebanyakan saya malah tertarik dengan kegiatan ekstrem yang bikin jantung berdebar kencang. Bukan jantung saya saja, tapi jantung Mama tercinta ikut serta berdegup kencang.

Kita mulai dari jaman saya masih SD. Saya punya hobi main benteng-bentengan. Itu lho yang lari kesana kemari mempertahankan pohon,tiang atau apapun yang dijadikan simbol benteng (kekuasaan). Saya hobi main sepak bola bareng ama murid-murid lelaki, saya baru main bekel kalau "target operasi" saya, si kakak kelas SD sebelah lagi ngeliatin saya, langsung nyamar jadi cewek tulen. :p

Saya suka main gobag sodor ama murid perempuan, itu pun karena lari-lari, saya suka main kasti juga karena berlari. Pokoknya saya suka banget deh mainan yang ada unsur fisiknya, daripada mainan boneka dengan dialog : "Eh,Nana mau kemana? akikah ikutaaan doonk..." dan dibales : "arisan jeng... yuk mariii.." Ah, itulah yang membuat anak jaman sekarang kecepetan tua. Masih SD aja arisan! Hehehe..

Selain itu jaman saya SD saya ikutan renang, saya bertekad untuk tumbuh menjulang. Tapi sekarang saya sadar, tinggi tubuh saya ini adalah warisan genetik, jadi yah saya tidak boleh menolak warisan kedua orang tua saya. Syukurnya warisan kedua orang tua saya termasuk mata bulat besar, kulit sehat, kemurahan hati dan kecerdasan otak. *peluk cium untuk Mama dan Ayah tercinta :)

Ada satu lagi sih yang diturunkan, sifat emosional saya yang saat SD beneran bikin saya dapat label "preman". Tapi label itu muncul bukan karena saya tukang palak, suka mengintimidasi dan lain-lain. Saya kan ketua kelas yang berusaha melindungi teman-teman yang membutuhkan perhatian khusus. Pokoknya temen-temen yang terintimidasi saya belain terus. Musuh bebuyutan saat itu tidak lain dan tidak bukan wakil saya sendiri.

Dia biasa ngusilin teman-teman perempuan, anak baru, atau anak yang punya keterbelakangan mental. Geng dia biasanya terdiri dari teman-teman lelaki yang merasa sok jagoan dan anak yang tidak naik kelas. Sungguh geng yang tidak patut dicontoh. Pertengkaran berupa adu mulut bukanlah pertengkaran yang biasa saya lakukan, saya terbiasa adu jotos. Langsung nantangin di lapangan.

Tidak jarang kemarahan saya pernah membuat sekolah gempar karena saya melemparkan kursi ke geng GJ itu, yang akhirnya berbuntut pada ban sepeda saya digembosi oleh mereka. Hal yang salah karena saya semakin emosi dan akhirnya bertengkar ngelawan mereka. Siapa yang menang? tidak ada, kami berdua didamaikan. Dia tidak berani memukul wajah saya karena saya perempuan, dan saya dengan beringas memukul wajah, badan dan selangkangannya tanpa perlu merasa bersalah bahwa dia laki-laki. Saya bersyukur dilahirkan sebagai perempuan. Hehehe...

Tapi saya tidak lantas tumbuh tanpa tanda-tanda sikap kewanitaan, saya sempat beberapa kali menjuarai lomba tari tradisional, mungkin itulah yang membuat saya tumbuh "njentit" dan suka geal geol tanpa sadar. Apalagi kalau denger gamelan, langsung ndadi.

Jaman SMP saya ikutan Kungfu, bagi saya itu bisa melatih pengendalian diri. Well, belajar dari emosi saya yang suka lepas kendali di kungfu saya belajar fisik, belajar membela yang lemah dan didzalimi dan belajar pernapasan untuk kontrol diri serta mendukung aktifitas renang yang masih rutin dilakukan.

Selain itu aktivitas saya bertambah dengan ikutan PMR alias Palang Merah Remaja. Soalnya suka ga tega kalau liat orang butuh bantuan terus ga bisa nolong itu rasanya sesuatu bangeeett... Makanya semua serba diikutin, menolong secara fisik sampai menolong dengan hati melalui kemanusiaan PMR. Mama yang tau kegiatanku biasanya cuma bilang "Kamu lupa ya rumahmu dimana?" saking banyaknya yang saya ikuti sampai rasanya di rumah hanya buat tidur malam dan makan.

Kalau Mama liat gimana saya fight Kungfu, Mama selalu bilang : "Kamu bosen hidup? Olahraga kok tawuran???" hihihi.. paling saya cuma bisa bilang : "Kan perempuan harus bisa jaga diri...." :p

Mama lebih senang aku ikut kursus tari, tapi guru tari jaman SMP itu nggak banget, karena saya ikutan beladiri dia underestimate deh dengan kemampuan saya berlenggok, yawda, di kungfu juga saya bisa lenggak lenggok. Jadi kursus tari berakhir jaman SMP. Totally terjun di olahraga lelaki.

Lapangan SMP yang luassss banget bikin saya hobi ikutan main Sepak Bola, ga peduli jahitan rok hampir tiap hari sobek dan harus dijahit di ruang BP, tetep aja ikutan. Pernah sih pulang main bola saya harus ga masuk sekolah karena hidungku sobek akibat gaprak'an. Walhasil ke sekolah sambil nutupin luka di hidung terus. untungnya hidung udah balik seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Hohohoho...

Mama makin ketat melarang saya main sepak bola, akhirnya saya justru ikutan skateboard, breakdance dan BMX. Mama saya gedek-gedek waktu Ayah membelikan sepeda BMX, "Makin jadi laki tuh anak!" kata Mama.. aku cuma senyam senyum sambil kedip-kedip mata ke Ayah.
Emang sih adek-adekku cenderung lelaki-lelaki yang ga seberingas aku. Si Nomor dua sukanya basket, si kecil hobinya futsal. Kalau aku sukanya main gitar meski cuma bisa ala kadarnya, kalau si kecil emang vokalis grupband, kalau yang nomer dua dia pintarnya menggambar.  Tapi mereka berdua ga ada tuh yang suka olahraga beladiri apalagi permainan wahana ekstrem..  Hehehe...

Jaman SMA saya malah amat sangat tertarik dengan Tae Kwon Do, PMR emang masih lanjut, ditambah dengan Badminton, anggota Sie Kerohanian Islam, Karya Ilmiah Remaja dan sesekali joget disko ama anak-anak Cheerleader atau iseng ikutan manjat Wall ama anak PA membuat semakin sempurna ketidakhadiran saya di rumah, Mama makin menduga saya bosan hidup secara kegiatan segambreng gitu ditambah les akademik.

Ayah dan Mama memang selalu menekankan prestasi. Boleh ikutan banyak kegiatan tapi harus lahir prestasi di dalamnya, apalagi prestasi akademik. Ada satu nilai 7 di rapot saja saya sudah habis jadi sasaran ceramah. Plus hukuman tidak boleh keluar rumah. Makanya saya bertekad selalu ikutan pertandingan tae kwon do, pernah pulang bawa luka memar di kaki sampai nggak bisa jalan dan sejak itu Mama semakin merinding kalau aku latihan. Di Karya Ilmiah Remaja alhamdulillah pernah juga menyabet juara I regional, di Badminton emang ga ada, aku lemah untuk olahraga tangan kan Badminton untuk menyeimbangkan speed kaki dari latihan Tae Kwon Do. Prestasi akademis, hehehe..syukurlah tidak pernah mengecewakan, nilai nearly perfect.

Jaman kuliah saya justru tertarik dengan Menwa, meskipun sampe mewek-mewek memohon diijinkan ikut pecinta alam, Ayah saya tetap bersikukuh untuk terjun di Menwa. Saya bilang saya pengen naik gunung, Ayah bilang di Menwa saya akan dapatkan lebih dari sekedar pengalaman naik Gunung. Yup, kegiatan saya jadi penuh dengan Menwa. Memang benar saya tidak hanya dapat pengalaman naik gunung, tapi juga mendayung, juga menembak, juga PBB, pengetahuan senjata, bela diri militer yang menjadikan saya salah satu pasukan khusus san satu-satunya cewek disana sampe bisa punya pengalaman membanting cowok sampe babras mukanya kena aspal.. :p

Saya udah ga ada waktu menggeluti Tae Kwon Do lagi dan rasanya setelah luluk kuliah saya jadi rindu seabrek kegiatan saya.
Saya akhirnya menyalurkan bakat dan hobi cuap-cuap saya dengan kursus penyiar radio, aku suka banget dan pengen jadi announcer. hehehe.. Lantas hobi nambah ke fotografi, tapi udah dua bulan ini kamera masih cakep aja di tas.. cuaca ga asik,mana kesibukan ga ada usainya di kantor. Huhuhu...

Udah biasa latihan berat lantas ga latihan sama sekali itu bikin badan jadi gendut. Yah dulu kan makan porsinya udah kayak tukang becak kesurupan, tapis eimbang ama tenaga yang dibutuhkan buat nendang dan lari-lari. Lah sekarang porsi tetep tapi jadi lemak semua, walhasil timbangan badan jadi kambing hitam : "Nih timbangan pasti udah rusak nih, udah ngaco nih.. ah ga percaya deh ama produk ini... " :p

Akhirnya setelah 4 tahun Absen, kemarin saya sempatkan untuk mendaftar di Dojang Tae Kwon Do Dragon, nyari nomor teleponnya udah berminggu-minggu, ternyata datang langsung aja bisa. Tapi pendaftaran Rp350.000 itu lumayan kerasa banget, mana itu udah termasuk seragam dan sebagainya. Padahal saya udah ada seragamnya loh.. Tapi karena harus ada label Dragon ya berarti Dobok (seragam) punya dua. Lumayan buat gantian kalau keringetan. Hehehe...

Per bulan ntar bayarnya Rp150.000, mau latihan tiap hari juga boleh, jadwalnya fleksibel disana, ada yang jam 7 malam itulah mengapa saya pilih disana. Pulang kantor bisa mandi dulu, shalat lantas ke Dragon yang jarak ama rumah ditempuh motor cuma 10 menit. Dengan catatan parkiran Delta nggak rame.

Begitu mama tau aku keluar rumah dengan celana seragam, Mama langsung histeris. "Tiaaarrrr kamu Tae Kwon Do lagi??"
hehehhe.. "Iyah ma, sayang ga dilanjutin"...
"Kirain udah waras...."
"Kan buat olah raga...."
"Kan olahraga yang normal lainnya banyak..kamu kok suka kekerasan gitu sih???"

Hahahha, bukan suka kekerasan, aku ini dulu kalau bela diri senengnya ketika ada emosi tidak tersalurkan bisa dipukulkan ke sandsack atau target, tidak jarang juga ke sesama tae kwon do in, tapi ya dengan teknik biar ga menyakiti.. Kalau disalurkan itu bisa tenang, aku ga stres nyimpen banyak beban.

Akhirnya.... kenyataan berkata lain, Sabuk terakhirku harus disimpan dulu. Absen selama 4 tahun membuatku lupa beberapa jurus (Tae Geuk) so, aku harus mengulangi SABUK PUTIH sambil dievaluasi. Semoga April nanti aku bisa ikutan ujian kenaikan tingkat dari sabuk semula...

Balik sabuk putih, partnerku jadi anak-anak SD di hari Rabu. Alamaaakkk .... Kalau pemanasan, biasanya partnerku cukup pegangin kakiku untuk side up dan back up, tapi karena bareng anak-anak SD jd mereka menduduki ku. Hwakakkaka.. mana tega juga ntar kalau fight ngelawan mereka. Salah-salah mereka berhamburan ke orang tuanya kalau kena tendanganku..

Selasa, 24 Januari 2012

Pelecehan di Motor, Bis dan Pesawat

Well, saat itu di bandara aku digodain ama seorang bapak-bapak tua yang harus pakai kursi roda. Dia duduk di tengah, aku di pinggir dekat lorong pesawat. Tuh bapak ngomong bisik-bisik, aku kirain minta tolong aku mendekat... eh, tangan aku dipijit-pijit lengannya.. Uggghh!!! Aku langsung menepis tangannya, "Maaf pak..." lantas lampu kabin dipadamkan, nah makin kurang ajar lah tuhu tangan sampe ke paha segala! Aku langsung dorong-dorong tangan dia.

Ini pertama kalinya kejadian di Pesawat, aku pengen lapor pramugari tapi tuh orang udah nggak mampu jalan dan sepuh kan ga enak juga... aku pengen pindah tapi kursi pesawat penuh... akhirnya aku terjaga sepanjang penerbangan. Pas ngambil tas, aku sengaja benar tas ku yang segede itu aku pura-pura hampir terjatuh ke muka si bandot tua itu. Sumpah begitu landing aku pengen meluk Mas Wiji.. aku takut :(

Saat landing aku berlari ke arah pintu keluar, mataku udah berair aja hampir nangis... tapi waktu aku lihat Mas Wiji nunggu, air matanya balik kucing. Hahahaha, ga jadi nangis tapi langsung meluk lengannya sampe parkiran. Dia bilang kenapa ga ditonjok aja, yaaah gimana ya... hehehe,sudah sepuh begitu, tapi dia bilang kan udah ga ketemu lagi.

Kayaknya aku ini bermasalah deh sama orang-orang begitu. Dulu naik motor, dibuntutin orang terus dipegang-pegang sampe aku nangis di helm dan seketika berhenti di pos satpam Ispatindo agar dia tidak bisa membuntuti lagi. Terus kejadian juga waktu naik bis, laki-laki di belakangku seenaknya towel-towel aku, Aku sumpah sepanjang perjalanan 4 jam itu nahan nangis saking bingungnya, mana saat itu aku bareng ayahku dan ayahku itu.. mantan preman yang ga segan-segan pasang badan demi keluarga. Akhirnya waktu dia mau turun duluan, aku udah nyiapin jarum pentul dan aku tusukkan di paha dia. *tawa setan

Mau bilang aku kejem banget, silahkan... Kalau ga gitu aku ga puas. Sampe sekarang yang aku takutkan kejadian di Motor terulang lagi, dimana ada motor yang mengapitku dan tangannya megang-megang aku. Pernah sih habis gitu aku bawa pisau lipat kemana-mana,tapi cemas ama pemeriksaan polisi juga kan. Jadi itu nggak akan dilakukan lagi daripada salah paham.

Tips nya sih, kalau dibuntutin aku biasanya cari pos polisi, pos satpam, atau warung-warung lantas tiba2 berhenti. Atau kalau berani, pas di tikungan mau ambil lurus, tiba2 aja belokkan ke kiri. Begitupula kalau lagi jalan kaki dan merasa dibuntuti, segera ambil langkah spontan.

Cuma bagi pengalaman aja sih, aku heran aja di pesawat ampe ada kejadian begitu sama aku.

Andai jendela pesawat bisa dibuka, udah aku jorokkin aja tuh bandot tua ke laut Jawa.

Sabtu, 14 Januari 2012

Rangkaian Pra Nikah Adat Jawa

Ingat beberapa bulan lalu, sekitar 6 bulan hubunganku dengan Mas Wiji ditentang habis-habis-an. Air mata rasanya bercucuran kayak musim hujan. Segala macam cara aku lakukan buat mendekatkan Mas Wiji dan Orang tuaku, mulai dari minta tolong motretin acara sampe bawain ini itu.

Yah,soalnya lagi-lagi nih ya Mas Wiji itu cueknya udah ngalahin kereta api,jejesss...jejesss....tuuut...tuuuutt begitu deh, makanya aku jadi berasa matre bener dah waktu aku minta dia ke rumah bawa terang bulan... bawa martabak kesukaan mamaku, bawain obat atau apalah.. Jadi biar orang tuaku itu tau kalau yang namanya Mas Wiji penuh perhatian dan kasih sayang padaku.. *haish!

Akhirnya Desember kemaren hubungan kami dapat restu. Setelah kecelakaan aku jadi lebih dekat dengan Mama, kami sering berbicara di ranjang karena aku mulai nemenin mama yang takut tidur sendirian. Kamarku akhirnya tidak terpakai deh, lebih sering tiduran ama mama bikin aku bisa tanya-tanya soal pernikahan. Mama jadi tau bahwa Mas Wiji niatannya baik dan serius ama aku... *ah,jadi maluuu...

Maka semalam ketika ayah di rumah, biasanya ayah memang di rumah hanya untuk beberapa jam saja sih, yah aku mulai memberi info bahwa aku dan Mas Wiji sudah membicarakan rencana kami kedepannya. Ayah tiba-tiba bilang tidak menuntut menyicil rumah dulu sih, tergantung aku dan pasangan. Tapi memang itu harapanku pribadi, soalnya liat dari pengalaman mama dan ayah yang tidak memprioritaskan tempat tinggal akhirnya sampai sekarang ya belom ada rumah. Hahahahha... :) Pengalaman kan guru yang paling berharga.

Mungkin emang terkesan memberatkan ya dengan meminta Mas Wiji cari rumah dulu, nyicil dulu... baru ngelamar atau memulai ritual "Nakoni". Tapi setelah perbincangan dengan Mas Wiji, Mas Wiji bilangnya nggak keberatan emang dia udah ada rencana. Yah syukur alhamdulillah... :D

Terus kemaren ayah ngasih tau apa-apa yang harus dilakukan dalam adat jawa :
1. Nakoni, yaitu keluarga mas Wiji datang, menanyakan apakah sudah ada yang melamar aku atau tidak.... trus apa udah siap dilamar... Lantas ayah ntar sok jual mahal gitu yak, bilang ntar secepatnya dikabari balik. Padahal aku udah ngempet pengen teriak : "IYAAAAA....." Tapi ntar disangka babi lepas...

2. Keluarga cewek ke rumah keluarga cowok, istilahnya apaan maap nggak ngerti..hukhuk... Intinya ngasih tau tanggal lamaran yang baik sesuai perhitungan weton kami. Mas Wiji kan 13, aku 18 jadi kalau ditambah 31 lumayan tinggi dan sejahtera lah klo menurut primbondotcom. wakakaka.. BTW, semua tanggal itu baik kok, cuma ya antisipasi menghargai kekhawatiran orang tua. Jadi ortuku habis "Ditakoni" mau ke Mbah Manri,saudara sepuh kami untuk cari hari baik lamaran.

3. Setelah itu, aku ama Mas Wiji hunting barang seserahan buat aku, sesuai posting sebelumnya. Hahaha.. harus dicicil biar nggak terlalu berat. Setelah semua barang udah tersedia nah, harus di packing sejumlah ganjil yah, dibawa pas lamaran termasuk cincin pengikat yang nantinya bakalan jadi cincin kawinku. Boleh ga sih cincin kawinku kayak cincinku yang sekarang?jadi ada matanya satu gede mencungul gitu?? apa harus sama ya ama Mas Wiji.. uh kalau pake cincin kawin begitu jariku malah keliatan pendek. hahahahhaha.... Oh ya, ini namanya lamaran. Kadang ada yang dibarengi tukar cincin ada yang nggak, jadi ada acara sendiri tukar cincinnya tapi kalau aku kok ya ribet dan banyak biaya..

4. Setelah dilamar, aku cari tanggal baik lagi. Btw tanggal baik juga harus memeperhatikan ada tidaknya orang tua atau kakek nenek yang meninggal loh, itu jadi salah satu perhitungan menentukan hari baik. Aku terus datang lagi ke rumah Mas Wiji, bawa seserahan buat si Mas Wiji.

Beugh, pas aku bilang mas Wiji "Mas, walah..ternyata aku juga harus ngasih mas seserahan balik loh mas... hedeeehh..." dia langsung bilang "Asiiiik..aku minta mobil,yank!" . Hmmm.. iyo,ada tuh mobil-mobilannya kucingku.. hehehe..

5. Setelah itu baru deh nikahan.. Di nikahan pun ada ritual khusus karena aku kan Sulung dan Mas Wiji anak bungsu. Tapi mengenai ritual ini aku belum paham benar, biarlah ntar jadi pemikiran setelah prosesi pra nikah berjalan.

Lagian, sekarang yang grogi malah aku. Antara excited boleh nikah dan takut untuk memikirkan biaya pernikahan. Padahal yah pernikahan itu tergantung kita sendiri,kalau maunya yang bombastis ya siap2 aja merogoh kocek lebih banyak. Kalau aku dan ayah lebih cenderung ke pernikahan sederhana, semua tamu jadikan satu. Kalau mama maunya 2 kali acara, tamu dibedain. Aku dan ayah ga setuju lah yaaaa... Semua tamu sama kok. Hehehe..

Niatan baik pasti ada jalan kok. *intip rekening

hahahhaa....Mohon doa aja.

Jumat, 13 Januari 2012

Isi Seserahan , Cihuy

Well, karena udah ngerasa mantap dengan pasangan sekarang dan merencanakan pernikahan untuk tahun ini, InshaAllah, maka aku mulai menghitung biaya-biaya yang mungkin keluar. Secara, keluargaku keluarga sederhana dan hidup pas-pas an, jadinya untuk pesta pernikahan aku harus memutar otak demi prinsip ekonomi. Pengeluaran sekecil mungkin untuk hasil semaksimal mungkin. Hahaha...

Hasil dari googling, karena terlalu malu dan takut menanyakan ke orang tua. (Wohooo orang tuaku masih belom siap aku menikah di tahun ini,hihihi... jadi rencanaku aku planning jauh-jauh hari biar ketika udah mantap semua, orang tua tau beres. Nggak mau ngerepotin orang tua untuk minta biaya pernikahan lah, kalau nemeni cari kain, menjahit kebaya, cari barang atau ngasih saran dan pertimbangan ya pasti butuh pemikiran orang tua. :). Aku googling untuk isi seserahan, sekaligus mengingatkan dia tentang kewajiban dia untuk bawa seserahan buat aku... biar dia nabung duluan gituuu.. *tawamembahana*

Berikut adalah seserahan yang aku minta, kira-kira loh ya soalnya kan bisa menyesuaikan medan nantinya. Yang jelas sih namanya seserahan itu berisi barang-barang yang kita pakai sehari-hari, dan harus dibelikan oleh calon suami sebagai simbol dia memenuhi kebutuhan kita. Begitu tanggal lamaran ditetapkan (karena niatan kami sih ini dibawawaktu lamaran) maka mulai deh nyicil belinya :)

1. Peralatan mandi
a. Handuk : Terry Palmer warna coklat naturalb. Sabun Mandi : Honey
c. Sikat gigi dan pasta gigi : Pepsodent
d. Sabun Muka : Dr.Supijati
e. Shampoo dan Conditioner : Dove
f. Parfum : Aroma Melati
g. Rexona (hahhahaha....)
h. Body Lotion : Vaseline

2. Pakaian Dalam (harus beli bareng yah?huk..huk..malu euy!)
a. Bra 2 buah (Sehari kan ganti pagi-sore..hehehe)
b. CD 4 buah (Biasakanlah ganti CD sesering mungkin... :D )
c. Lingerie 1 set.

3. Pakaian
a. Bahan kebaya untuk akad nikah, warna putih yaaa... :)
b. Jilbab

4. Aksesoris
a. Sepatu semi-formal
b. Tas semi-formal

5. Perlengkapan Tidur
a. Seprai
b. Bed Cover

6. Kosmetik (Nah ini dia... sesuai yg aku pakai yaaa,belinya belakangan soalnya biar ga terlalu lama nimbunnya... )
a. Foundation : Ultima II
b. Bedak Padat : Ultima II
c. Bedak Tabur : Ultima II
d. Pensil Alis : Wardah
e. Eye Shadow : Wardah
f. Eyeliner : LT Pro
g. Maskara : Maybelline
h. Lipstik : Revlon

7. Makanan dan Buah
a. Jenang, wajik pokoknya yang lengket2 biar dia lengket terus ama aku.. sekalian prangko gimana??)
b. Buah jeruk sebagai simbol telah berbulat tekad. (klo bisa jeruk bali sekalian menunjukkan tekad kita udah gede dan bunder serrr... hahahha), buah anggur (soalnya aku suka dan sedap dipandang,hihihi)


Seserahan itu harus dikemas sejumlah ganjil loh, nggak tau juga knapa mungkin ada yang tau? Kali aja biar digenapi dengan Cinta.. huhuhu.. Tapi kaum cewek yang seneng dapat barang2 itu jangan terlalu bergembira. Karena setelah dilamar, gantian keluarga cewek mendatangi keluarga cowok sambil bawa seserahan juga. Tapi isinya ga boleh lebih banyak loh... Kira-kira begini :

1. Kemeja
2. Celana Panjang
3. Perlengkapan Mandi
4. Baju dalam (ih sumpah yaaa..aku malu kalau beliin dia daleman aaaaarghhh....)
5. Jajanan
6. Kalau ada rejeki ya jam tangan,kalau ga ada yawda... nerima aja yah yank.. hihihi

Begitulah kira-kira isi seserahan rencanaku, tapi semua itu ya tergantung budget nantinya. Kalau ada pos yang lebih membutuhkan ya disesuaikan lagi. Asalkan berguna bagi calon pengantin perempuan dan laki-laki. hehehe...