Selasa, 10 Juli 2012

Mendalami Bakat dan Hobi

Hallo...
Lama banget nih nggak ngeblog :D
Maklum lah kan aq lagi sibuk banget ama pekerjaan di akhir periode Semester I, yang nggak hanya menguras pikiran, tenaga, waktu tapi juga menguras isi kantong. Ya iyalah, soalnya tiap ngerjain tugas aku harus sambil nyamil... tukang jualan apa aja pasti bakalan aku cegat sambil mengibas-ibaskan duit. Ujung-ujungnya, beban pekerjaan berangsur-angsur berkurang tapi berat badan  bertambah dengan drastis. Wooooo...

Saat ini seiring berjalannya waktu beban pekerjaan mulai berkurang dan kembali normal. Sekalipun setiap tugas memiliki deadline dan kebiasaan pulang lembur masih tidak bisa dihindari. Well, Koko Hadi pernah bilang sih, Lembur itu satu paket dengan konsekuensi pekerjaan loh. Yeah bener banget :)

Nah, meski beban pekerjaan semakin meningkat karena bisa dibilang aku masuk dalam divisi menuju WTP (salah satu opini pelaporan keuangan negara gitu deeeyh) tapi aku masih ngerasa kurang punya aktivitas lain untuk menyalurkan bakat,hobi dan pelarianku atas penat yang terkadang menyapa.

Aku memutuskan untuk menekuni hobi merias dengan serius. Kalau selama ini aku merias untuk keluarga dan beberapa rekan untuk menerima side job merias. Ditambah beberapa kali aku harus make up-in model2ku untuk hobi fotografi ku :D Makanya kalau nerima job rias penerima tamu, pesta dan wisuda sih aku setujuuuu aja... wkwkwkwkw...

Karena pernah ngerasain hasil riasan murid bu Ambar di Kerinci, maka aku nggak ragu lagi menentukan tempat belajar Rias Pengantin ku.Hasil riasan yang halus dan benar-benar nggak diragukan lagi deh. Lagian tempatnya cukup dekat dengan kantorku, makanya kalau lemburan aku seneng-seneng aja sih, soalnya kan habis lembur terbitlah terang...eh, habis lembur terbitlah waktu kursus.

Aku ngerasa nemuin passion di dunia make up. Aku ngerasa seneng banget tiap make-up in orang :).
Karena itulah aku nggak ragu-ragu untuk menguras tabungan guna memenuhi perlengkapan make up dan bahan-bahan yang aku butuhkan. Nggak tanggung-tanggung aku langsung beli yang kualitas nomer wahid. Akibatnya mudah ditebak lah, rekening merosot dengan tajam sampai harus memberlakukan subsidi silang ama kekasih tercinta yang selalu mendukungku :D

Nah, ketika berlatih rias pengantin itulah aku mendapatkan banyak sekali tips make up yang bermanfaat. Selain itu aku diajarkan teknik-teknik khusus yang mampu menciptakan riasan spektakuler!

Karena aku mendukung motto : Keep Learn, Keep Share and Keep Down To Earth maka aku membuat blog untuk berbagi (dan berpromosi sebenernya :D ) klik disini

Sekarang kemampuan meriasku meningkat pesat, berkat arahan dari pengajar2 yang handal dan telaten. Makanya udah berani ambil job akad, prewedding dan wisuda :*

Buat yang mau ikutan daftar, ayoook :D

Rabu, 04 Juli 2012

Komitmen

Assalammualaikum,

Tahun lalu hubunganku dengan mas Wiji mendapatkan cobaan dari pihak orang tuaku yang tidak setuju aku menikah dengan lelaki yang usianya terpaut cukup jauh. Melalui pembicaraan intense, perselisihan demi perselisihan hingga perang dingin yang terjadi akhirnya meluluhkan hati orang tuaku.

Berbesar hati mereka akhirnya mengijinkanku untuk melanjutkan hubungan dengan mas Wiji, tanpa perlu perselisihan dan pertemuan diam-diam kami lagi. Alhamdulillah.

Pada bulan kedua setelah restu itu hadir, orang tuaku mulai bertanya arah hubungan kami. Masih dengan mantap aku menjawab bahwa kami serius. Bahkan impian untuk melangsungkan lamaran pada hari Ulang Tahunku seakan tampak nyata. Tapi bulan demi bulan berlalu, aku berusaha menyampaikan pada mas Wiji mengenai komitmen, dijawab hanya dengan anggukan kepala, tatapannya yang penuh cinta dan rencana yang dia simpan untuk dirinya sendiri.

Bulan demi bulan kembali berlalu begitu saja, hubungan kami dipenuhi suka dan duka. Terkadang kami begitu rukun tapi tak jarang pula aku yang biasanya meributkan sikap dan sifatnya. Padahal dari awal dan sepanjang hubungan kami selama ini aku sudah mengetahui bagaimana dirinya, tetapi tetap saja ada hal-hal yang membuatku kesal dan aku berharap dia nggak melakukan kesalahan yang sama lagi.

Sesekali ayahku mengangkat topik, kapan mas Wiji dan Ibunya kerumah. Makin sering ayah bertanya dan mama berusaha memberikan kesan bahwa orang tuaku nggak memaksa untuk cepat-cepat, maka semakin tidak yakin aku harus menjawab bagaimana.

Mas Wiji sudah mengutarakan apa yang menjadi hambatan saat ini, Ibunya. Ibu masih meminta mas Wiji berfikir lagi. Dan yang aku sesalkan mungkin Mas Wiji juga kurang meyakinkan ketika berkata dan setelah kakak Mas Wiji membantu bicara dengan Ibu, Mas Wiji tidak ada follow up lagi. Alasan Mas Wiji karena dia belum ketemu dengan ibunya.

Minggu-minggu ini orang tuaku mulai sering membicarakan tentang Mas Wiji. Beliau tidak ingin ada kesan kami yang memaksa mempercepat pernikahan, aku juga di posisi yang serba salah. Apalagi sejak pembicaraan harta saat itu.

Keluarga yang memang tidak punya warisan mungkin memang tidak sepantasnya mengajukan anaknya ke keluarga yang sudah mempersiapkan harta untuk anak-anaknya. Nggak, aku juga nggak mau muncul pemikiran seperti itu. Aku nggak pernah tau harta mas Wiji apa aja dan dimana aja, aku nggak pernah berpikiran menikmati harta warisannya, Astaghfirullah...

Tapi aku mengerti pemikiran orang tuaku, usia mas Wiji yang saat ini 31 tahun tentu membuat orang tuaku berfikir bahwa pernikahan harus segera dilangsungkan untuk menjagaku sendiri. Orang tuaku yang menikah di usia 28 tahun saja merasa bahwa pernikahan mereka terlambat, akibatnya saat anak-anaknya masih membutuhkan biaya, orang tuaku masih harus bekerja keras di usia yang sudah bisa dikatakan saatnya beliau beristirahat dan kami yang menyenangkan hati beliau...

Orang tuaku juga mengherankan mengapa tahun lalu kami begitu fight memperjuangkan hubungan kami, tetapi begitu mendapatkan restu orang tuaku, justru tidak ada lagi pembicaraan atau langkah-langkah kami ke arah serius.

Aku paham bahwa Mama memang menginginkan pesta pernikahan yang meriah,secara aku adalah anak perempuan satu-satunya, sedang ayahku berharap biasa-biasa aja. Sekalipun sebenernya aku punya impian pesta pernikahan sendiri, tapi dengan usiaku, tabunganku dan pemikiran-pemikiran lainnya seiring bertambahnya usiaku, impian itu akhirnya menjadi sebuah hal yang selalu bisa dinegosiasikan.

Sebagai laki-laki mas Wiji diharapkan punya target mau dibawa kemana hubungan ini dan kapan step by step yang harus dia lakukan akan terwujud. Kalau sekedar niatan menikah tahun ini tanpa ada target step by step sama saja masih ambyar...

Dan orang tuaku mengingatkanku untuk mulai menarik diri darinya, menjaga hatiku yang mudah hancur ini untuk tidak terlalu berharap...

Aku yakin orang tuaku berusaha memberikan pemahaman yang baik untukku.

Laki-laki itu pemimpin. Jika dia tidak bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, jika dia tidak bisa menentukan langkahnya kemana dan kapan maka laki-laki itu tidak cukup baik bagimu. Komitmen itu begitu mudah dijanjikan tapi tidak dengan tindakannya.