Jumat, 21 Februari 2014

Cinta Masa Depan

Aku sadari aku bukan muslimah yang baik, aku pernah melakukan banyak kesalahan di masa lalu.
Kesalahan yang kulakukan dalam keadaan sadar, yang membuatku bergelimang dosa.

Aku sadari banyaknya orang yang kusakiti, kulukai hatinya, Mama, Ayah, Adik-adikku...
Maafkan aku.

Aku sadar aku tak bisa merubah masa lalu, membuat jalan hidupku lurus tak berliku.

Maka aku hanya bisa berjanji untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, berusaha menjadi muslimah yang berharga. Sehingga orang lain tak akan lagi mempermasalahkan masa lalu.

Aku akan belajar dari masa lalu dan mencintai masa depanku.

Kamis, 20 Februari 2014

Jalan Hidup

Assalammualaikum,

Tahukah kalian teman, bahwa kenangan itu mudah hilang bila kita tak meninggalkan jejak lewat tulisan. Maka tulisan ini saya buat sebagai cara saya senantiasa bersyukur, pengingat dikala hati saya lemah dan memotivasi teman-teman sekalian. Tidak ada maksud pamer, riya' dan sebagainya. Semua yang terjadi atas kuasa Allah.

Bismillah,

24 tahun lewat beberapa bulan lalu saya dilahirkan di keluarga kecil sebagai anak sulung, keluarga saya hidup berkecukupan. Ayah saya seorang wiraswasta sukses dengan pelanggan yang selalu tersenyum puas. Ayah saya sangat pandai, jenius, saya dan mama seringkali memanggil beliau Mc Gyver (tokoh yang banyak akalnya). 
Adik pertama saya lahir dua tahun kemudian, berselang satu tahun adik kedua saya lahir. Cobaan pun datang, kami meninggalkan kehidupan kami yang berkecukupan. Kami mengontrak rumah dari satu rumah ke rumah lain.

Saya masih ingat betul saat itu, ketika kami harus angkat kaki mencari tempat lain yang harga sewanya lebih mampu kami bayar. Saya berjalan kaki digandeng ayah sedangkan mama dan ayah saya masing-masing juga menggendong adik-adik saya yang kepanasan. Adakah orang tua saya mengeluh? tidak. Apakah orang tua saya membiarkan saya kelaparan? tidak. Mama dan Ayah saya adalah orang tua luar biasa.

Kami tinggal di rumah kecil, kami tidur beralaskan tikar. Bila hujan datang maka rumah kami kebanjiran. Adik pertama saya akan tidur di pangkuan mama, adik kedua atau si Bungsu akan tidur di pangkuan ayah, dan saya tidur bersandar tembok diantara mama dan ayah agar tak kedinginan. Apakah Mama dan Ayah saya tidur? tidak. Beliau senantiasa terjaga, kalau-kalau banjir terlalu tinggi atau atap yang bocor mengganggu tidur kami.

Saya masuk TK, orang tua saya sedari dini memprioritaskan kualitas pendidikan bagi anak-anaknya. Di TK saya dikenal pandai membaca, bahkan usia 5 tahun saya membaca koran dengan lancar lantas menceritakannya kembali di depan kelas. Untung saja bukan berita aneh-aneh :) Kepala Sekolah, langganan jasa wiraswasta Ayah pun melaporkan bakat ini pada Ayah. Kalian tahu apa yang dilakukan oleh Ayah saya? Beliau menyisihkan uang hasil kerja beliau untuk membelikan saya majalah Bobo setiap minggu.

Aduh, majalah anak-anak itu sejak dulu tidak murah bagi kami. Tahu apa saya bahwa Mama saya pernah berkata pada Ayah : "Kita tidak punya uang Ayah, kita puasa saja ya Senin-Kamis, uangnya untuk beli Majalahnya Tiar" . Ya Allah... Sayangilah kedua orang tuaku seperti mereka menyayangiku...

Saya masuk SD, adik-adik saya mulai TK. Adakah orang tua saya mengeluh biayanya? Tidak. Alih-alih mengeluh, beliau malah memasukkan kami ke sekolah-sekolah terbaik di lingkungan kami. Kehidupan perekonomian kami membaik, rumah kontrakan kami lebih besar dari sebelumnya. 

Di SD sejak kelas 1 saya selalu menduduki peringkat pertama. Rapor saya tak bercela, semua nilai sempurna. Saya selalu pulang membawa piagam penghargaan. Pernahkah orang tua saya memuji saya? Tidak. Beliau tak pernah memuji saya di depan saya. Tapi percayalah, setiap ada pertemuan keluarga atau bertemu teman-teman, beliau tak pernah absen memanggil saya : "Gadis Kecil Kebanggaan Ayah". 

Sejak penerimaan raport pertama kali di bangku SD, orang tua saya meminta saya mengajak teman-teman sekelas belajar bersama di rumah. Gurunya? hehehhe, tentu saya sendiri. Orang tua saya mengajarkan berbagi ilmu. Memberitahu bahwa tidak ada anak bodoh di dunia ini asalkan mau belajar. Rumah kami sempit, bahkan rasanya tak mungkin belasan teman saya berjejalan di ruang tamu. Tahukah kalian? Mama Ayah saya kembali menyisihkan uang untuk membeli karpet, teras rumah kontrakan kami pun jadi tempat belajar yang menyenangkan. 

Kami tiga bersaudara berasal dari keluarga pas-pas an, dengan biaya pendidikan yang tidak murah, tapi setiap malam ketika beberapa teman saya datang dan belajar, orang tua saya selalu menyuguhkan hidangan kue-kue dan minuman. Orang tua saya mengajarkan kami untuk memuliakan tamu. 

Selama sekolah SD, saya berangkat ke sekolah menaiki sepeda dan membawa termos es lilin. Mama saya lulusan Sarjana Perguruan Tinggi ternama, ayah saya belum seberuntung itu tapi saya pastikan kalian akan tercengang melihat nilai raport sekolah ayah saya. Mama saya justru memilih menjadi Ibu Rumah Tangga, meninggalkan pekerjaan di salah satu perusahaan Asuransi yang di awal cerita membuat kami sekeluarga hidup berkecukupan. 

Setiap berangkat sekolah, saya akan menitipkan termos es itu di kantin. Sepulangnya saya akan membawa termos kosong pulang, lalu mengisinya lagi dan mengantar ke kantin untuk anak-anak kelas siang. Malu? Ah, orang tua saya mengajarkan saya bahwa semua pekerjaan itu mulia sepanjang kita jujur melakukannya. Bahkan saya tanpa malu-malu menawarkan es lilin buatan mama saya ke kantin-kantin SD lain. Amboi, bakat marketing saya dimulai sejak SD. :D

Orang tua saya cukup keras mengenai prestasi, dan mengawali raport dengan peringkat 1 itu adalah bencana. Karena begitu nilai raport saya dibawah 9, maka tamatlah liburan saya. Majalah bobo saya akan ditahan beberapa edisi. Aduh, rumit jadinya. Orang tua saya juga menerapkan peraturan dilarang nonton TV dan melakukan hobi di hari Senin-Sabtu sore. Saya jadi terbiasa disiplin.

Saya melihat Mama yang sangat kreatif, akhirnya saya pun mulai mencari cara memperoleh penghasilan. Saya berjualan manik-manik, dimulai dari modal lima ribu rupiah sampai mendapatkan omzet ratusan ribu setiap minggunya. Bagi anak SD kelas 5 itu penghasilan yang luar biasa, saya mulai diajarkan menabung. Tabungan ini yang saya gunakan untuk melanjutkan sekolah.

Adik-adik saya, wah jangan tanya. Mereka berdua tumbuh jadi anak-anak berbakat. Kami saling membela, saya bertengkar dengan teman lelaki yang menghina profesi ayah saya, maka si Jagoan adik Pertama yang maju dengan body gempalnya. Giliran si Bungsu dipukul atau dianiaya lahir maupun batinnya, maka Kakak Perempuannya ini yang maju, berlari kencang mengejar, menghadiahkan bogem mentah dan secara brutal memukuli mereka yang berani menyakiti adik-adikku. Dipanggil kepala sekolah? Sayangnya prestasi saya yang selalu membawa nama baik sekolah ke berbagai perlombaan dinilai tidak patut diberi embel-embel "preman sekolah" hehehehhe.... Kan saya membela harga diri dan kehormatan keluarga :D

Kondisi perekonomian kami membaik, saya bersekolah di SMP Negeri, beruntung adik-adik saya pun diterima dengan nilai memuaskan di sekolah-sekolah Negeri terbaik di kota kami. Setidaknya kami terhindar dari momok sekolah swasta dengan biaya pendidikan mencekik.

Saya lulus dengan nilai terbaik, melanjutkan sekolah di SMA Negeri favorite yang terkenal dengan prestasi membanggakan. Aktif di berbagai kegiatan. Saya pun akhirnya kembali menorehkan prestasi akademis dan non akademis. Mulai juara lomba debat, lomba PMR, lomba Karya Tulis Ilmiah, Lomba Majalah Dinding dan Lomba Tae Kwon Do hingga sebagai lulusan terbaik dengan nilai nyaris sempurna.

Saya pun diterima di salah satu sekolah kedinasan yang harus dilepaskan demi Orang Tua, sebuah musibah menimpa keluarga kami. Sebuah kesalahan besar juga aku lakukan.

Saya pun melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, sebagian besar dari beasiswa. Mulai dari Beasiswa internal kampus sampai beasiswa dari luar. Setiap hari saya ke kampus membawa barang dagangan, selain jualan jilbab, aksesoris dan menyewakan buku saya juga consultant oriflame. Heheheh... Jangan tanya deh, sepanjang dosen menerangkan di depan, selama itu pula saya mengedarkan barang dagangan. Di akhir kuliah, sebagian besar teman-teman akan ke meja saya melakukan pembayaran.

Ilmu dapat, uang dapat. Hehehehhe...

Bukan berarti nilai saya merosot, saya masih menjadi mahasiswa berprestasi tahun 2010 dan 2011. Saya pun lulus dengan predikat cumlaude meski Ayah saya tak bisa hadir karena malamnya mengalami kecelakaan.

Kedua adikku melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya. Tiga orang anak kuliah bersamaan tentu membuat perekonomian kami lagi-lagi tersedot untuk biaya pendidikan. Belum lagi adik bungsu saya menderita tumor tulang dan harus segera dioperasi. Saat itulah saya memutar otak untuk tetap kuliah. Mengajukan kredit di Bank yang bekerjasama dengan Universitas Airlangga dan menjadikan Ijazah SMA sebagai jaminannya. Hehehehe...

Lantas saya bekerja sebagai honorer di Kementerian Pekerjaan Umum, dengan gaji jauh dibawah UMR, tapi THP alhamdulillah cukup. Kadang harus pulang hingga jam 12 malam karena lembur seorang diri. Ketika weekend saya bekerja sebagai perias yang harus menyalakan kendaraan roda dua bahkan sebelum mentari menyapa bumi. Lantas pulang dan berangkat ke tempat lainnya lagi.
Sungguh, rejeki Allah tak terkira.

Kehidupan ini menempa saya dan keluarga saya sedemikian rupa. Menjadikan kami pribadi yang tangguh dan tak kenal menyerah. Saya beruntung memiliki Ayah yang bijaksana dan Mama yang religius, juga kedua adik yang selalu saling support. Saya belajar bertanggung jawab, bekerja dengan hati dan memberikan porsi khusus untuk berhubungan dengan pemilik alam raya.

Kini saya sedang di Ibukota, merantau selama magang. Semakin kesini cobaan akan semakin berat.
Semoga tetap amanah mengemban tugas sebagai abdi negara.

Jalanku masih sangat panjang.

Berikut Daftar Pakaian Pegawai , Biar Gak Saltum Kayak Saya

Oke, Seperti biasa, saya selalu melakukan kecerobohan setiap hari.
Kalau bukan salah ngapain, ngerusakin sesuatu ya menciderai diri sendiri.

Hari ini di kantor saya salah kostum. Harusnya pakai baju bebas paling fashionable and keep syar'i , malah pakai batik.. hiks hiks.. padahal kesempatan stylish di kantor ya cuma hari Kamis ajaaaaaa... *ntar malam harus cakep pokoknya*

Jadi, berikut adalah daftar pakaian kami selama 5 hari kerja.

Senin dan Rabu : Pakaian atasan biru muda, bawahan biru tua boleh rok atau celana.
Selasa dan Jumat : Pakai baju batik.
Kamis : Berbaju bebas.

Kalau kalian nanyain apakah kami dapat dari kantor, jawabannya dapat. Kalau sudah di kantor penempatan definitif kami. Selama magang ini ya nggak dapat apa-apa... :)


DJKN Kementerian Keuangan dalam Opini Saya

Tak berbilang berapa banyak curahan hati pegawai kementerian keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Pajak yang mengeluhkan tentang sistem mutasi, jauhnya lokasi kerja dari keluarga dan semacamnya. Tapi lihatlah, semakin tahun, jumlah pelamar CPNS Kementerian Keuangan dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara bukannya malah merosot malah naik secara signifikan.

Tahun 2013 Kementerian Keuangan membuka lowongan untuk 2.909 pegawai, pelamar saat itu mencapai 121.952 orang dan tahukah kalian berapa yang diterima oleh Kementerian Keuangan? Hanya 1.476 orang. Kementerian Keuangan benar-benar memilih terbaik dari yang terbaik.

Bagi kalian yang ingin bekerja di Kementerian Keuangan tapi tidak ingin dimutasi, maka Direktorat Jenderal Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Inspektorat Jenderal, Sekretariat Jenderal bisa menjadi solusi. Kantornya hanya ada di Jakarta.
Tapi bila kalian legowo untuk dimutasi di seluruh wilayah Indonesia, maka pilihlah Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Saya sendiri bekerja di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dengan 17 Kantor Wilayah dan 70 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dari Aceh sampai Biak. Khawatir dengan mutasi itu pasti, tapi saya harus commit  dengan pernyataan awal bahwa saya siap ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Kalau saya harus ditempatkan jauh dari orang tua, saya pastikan saya akan memboyong kedua orang tua saya, hehehe... Maklum, saya ini satu-satunya anak perempuan. Kesayangan Ayah-Mama.

Bukannya saya yang manja, tapi kedua orang tua saya ini sangat mencemaskan Putri satu-satunya ini, saya di Jakarta saja, Ayah berminggu-minggu stress  seperti orang linglung di Surabaya sampai akhirnya nekat ke Jakarta. Hidup sederhana di rantau tak apa, asal kedua orang tua saya tak cemas berlebihan. Kecuali bila Putri kecilnya ini sudah ada yang "jagain" maka lain lagi ceritanya. Hehehehe...

Pengalaman bekerja di Kementerian lain sebelum di DJKN ini membuat saya mau tidak mau membandingkan kedua instansi ini.

Amboi, banyak sekali yang bilang bekerja di Kementerian Keuangan itu enak. Jauh lebih enak dari Kementerian / Lembaga (K/L) lain. Hai..hai.. kekuatan besar berbanding lurus dengan tanggung jawab yang harus dipikul.

Ketika K/L lain masuk kerja pukul 08.00 , kami 07.30 sudah harus duduk cakep di meja masing-masing. Lupakan toleransi waktu karena telat semenit saja di mesin absen, itu artinya sekian persen tunjangan kami (yang kata kalian gede itu :) ) akan dipotong. Tak peduli apapun alasanmu.
Ketika K/L lain jam 4 sudah beberes pulang dan 16.30 sudah ada di tempat parkir. Maka kami masih berkutat dengan para pemangku kepentingan. Kami baru boleh bergelut dengan jalanan selepas pukul 17.00.

Ketika di K/L lain tidak lembur pun dihitung lembur guna mencairkan tunjangan lembur, maka disini berbeda. Lembur sampai jam berapapun selama tidak ada Surat Perintah Lembur ya jangan diharapkan :) Daripada kecewa.
Ketika di K/L lain pada banyak Dinas Luar, disini sebagai Kementerian yang menjadi sorotan, kami selalu mengupayakan efisiensi pengeluaran. Saya sadar Dinas Luar saya disini tak akan sesering dulu ketika saya di K/L lainnya.

Banyak yang bilang gaji kami besar, salah. Gaji kami sama saja dengan yang lainnya. Masuk sebagai golongan III/A maka saya akan digaji dua koma sekian juta. Uang makan kami Rp27.000/hari , dan di Jakarta sekali makan 15rb kawan..... biar hemat akhirnya saya beli Magic Com. *Ini alat elektronik rumah tangga pertama yang saya beli* *nari hula-hula* . Adapula tunjangan TKPKN yang lebih familiar disebut remunerasi. Ini yang biasnaya orang salah kaprah.

TKPKN masing-masing direktorat berbeda. Paling besar adalah rekan di Direktorat Jenderal Pajak, Grade 8 mereka mencapai 4 juta sekian. Subhanallah..... sedangkan saya di DJKN bersyukur dengan 2 juta sekian untuk Grade 8. Beda banget kan ya? Lantas cemburukah kami? Entah yang lain, saya sih tidak. Ingat rules nya :  kekuatan besar berbanding lurus dengan besar tanggung jawab yang harus dipikul. 

Banyak hal di dunia ini yang bisa mendatangkan kebahagiaan tapi tak bisa dinilai dengan uang. Kebahagiaan itu pilihan,kawan. Kalau hanya mencari uang, saya memilih tetap di Surabaya. Menghandle usaha rias pengantin saya yang prospek cerah nya lebih jelas daripada karir saya disini. Tapi mengabdi pada negara ini adalah impian saya sejak kecil, gagal menjadi tentara karena tinggi badan dan gigi yang tak aturan bukan berarti menghentikan mimpi saya. Selalu ada jalan lain, jalan terbaik yang bermuara pada kebahagiaan.


Saya sudah jatuh cinta pada pengelolaan aset, saya sudah membulatkan tekad untuk mengabdi di DJKN. Sekalipun para interviewer mendorong saya beralih ke Pajak atau Bea Cukai, jawaban saya bulat tetap di Direktorat ini. Saya bukan orang yang ragu-ragu, semua harus dipikirkan dengan matang. Karena ketika saya membuat keputusan, tak akan mudah mencabutnya kembali.

Tak peduli senior saya mengatakan mengapa saya memilih Direktorat yang menurut dia "banyak tidak jelasnya" , maka disinilah saya berada. Untuk membuat yang tidak jelas menjadi lebih terang. Saking seringnya saya merusakkan barang atau menghancurkan sesuatu sampai disebut "destroyer" , maka sesering itu pula saya dilatih problem solving. Kawan, segala sesuatu itu terjadi bukan tanpa alasan.

Sebagai apapun saya diciptakan, saya akan menjadi yang terbaik.
Saya akan menjadi anak terbaik bagi kedua orang tua saya.
Saya akan menjadi kakak terbaik bagi kedua adik saya.
Saya akan menjadi pegawai terbaik di lingkungan kerja saya.
Saya akan menjadi bawahan terbaik bagi pimpinan saya.
Saya akan menjadi pemimpin terbaik bagi kelompok saya.
Saya akan menjadi istri terbaik di dunia akhirat bagi suami saya (eh, dia cuma boleh punya satu).
Saya akan menjadi ibu terbaik  di dunia akhirat bagi anak-anak saya.
Saya akan menjadi hamba Allah yang terbaik.

Menjadi Pegawai Negeri mungkin memang jalan hidup saya, tidak ada yang menjamin bekerja di swasta akan membuat saya lebih berkembang lagi kaya. Tidak ada pula yang menjamin bekerja di K/L lain membuat saya lebih rileks dan makmur.
Tapi saya menjamin, selama kita melakukan dengan kemampuan terbaik yang kita miliki maka kesejahteraan dan kemakmuran itu akan mengikuti.
 



Jadilah Berbeda

Ini pernah saya tulis sebelumnya,
Jika kamu bekerja 8 jam sehari sama seperti yang lainnya,jangan berharap pendapatan melebihi mereka.
Jika kamu hanya shalat wajib seperti yang lainnya, jangan berharap doamu lebih diistimewakan dari yang lainnya.

Maka jika yang lainnya tiba di kantor sebelum pukul 07.30 (atau kena Flexi jam 08.00) maka saya harus datang sebelum pukul 07.00
Jika yang lainnya pulang pukul 17.00 maka saya harus pulang lebih lama.
Jika yang lain shalat wajib dan sunnah, maka amalan shalat sunnah saya harus lebih banyak dari yang lain.
Jika target rekan-rekan di kantor dan kost baca quran sekian lembar tiap harinya, target saya dua kali lipatnya.
Jika rekan saya les bahasa Inggris seminggu 2 kali, maka saya menjadwalkan 2 kali lipat berlatih lebih keras.
Jika mereka membelanjakan 70% pendapatan bulanannya, maka tekad saya hanya membelanjakan 40% pendapatan dan menabung sisanya.

Kita sama-sama punya 24 jam sehari, tapi lihatlah, pencapaian kita masing-masing berbeda

Harus ada yang dikorbankan untuk sebuah keistimewaan.

Dunia , Aku Tak Takut Padamu

Salah seorang, ah tidak, banyak orang. Banyak orang menanyakan padaku kemana aku ingin ditempatkan setelah proses OJT ini.

Kawan, langit membentang sedemikian luasnya, ribuan pulau di Indonesia berjajar dengan indahnya. Ini masih Indonesia, negeri kita sendiri. Jika kita takut dan cemas di negeri sendiri, bagaimanalah nanti bertahan di negeri orang bagi yang memimpikan beasiswa luar negeri?

Maka bulat jawaban saya : Dimanapun.

Kapanpun surat sakti itu muncul, dimanapun tertulis dari Sabang sampai Merauke, disanalah saya akan mengabdi. Sebagaimana komitmen awal yang saya tanda tangani dalam keadaan sesadar-sadarnya : Bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia.

Dunia, aku tak takut padamu.

Selasa, 04 Februari 2014

Relevansi Antara Gigi Ompong dan Kinerja

Hampir dua tahun memakai bracket untuk mengembalikan bentuk gigi yang salto setelah kecelakaan, gigi depan dipasang gigi palsu lantas ditahan dengan bracket.

Setiap kali kontrol saya selalu mengeluh tentang gusi di bagian gigi palsu saya yang tidak nyaman. Mungkin saya memang tahan sakit, jadi hanya terasa tidak nyaman. Namun sang dokter hanya tersenyum dan mengatakan itu sudah biasa.

Lantas saya pindah ke Jakarta, sebuah kota yang menjanjikan masa depan lebih baik InshaAllah, gusi saya bengkak dan berwana kemerahan. Saya khawatir kalau melihat luka, maka saya segera menemui dokter gigi spesialis yang tak berhenti "mengomel" cara sang dokter di Surabaya menangani kasus saya.

Saya lantas bertanya solusinya, oh ayolah dokter mengeluh tak membuat gigi saya membaik.. mari kita bicarakan penyembuhannya.

Maka dilepaslah bracket dan gigi palsu itu. Darah mengucur dari gusi. Sang dokter menawarkan untuk memakai gigi palsu yang lama untuk sementara sampai gusi tidak bengkak dan cetak gigi terbaru.

"Kalau saya ompong saja bagaimana,dok?"
"Itu jauh lebih baik, agar segera sembuh"
"Saya ompong saja deh dok...sampai gusi saya sembuh"
"Eh, tidak malu?"

Meskipun saya bekerja di bagian pelayanan kekayaan negara dan lelang, saya tidak khawatir gigi ompong depan saya ini mengganggu kinerja saya. Saya juga tidak akan pakai masker jika hanya untuk menutupi kekurangan gigi saya. Masker justru hanya membuat jarak antara saya dan para stake holders.
Penampilan memang penting tapi kesehatan jauh lebih penting, apalagi isi otak dan pelayanan prima yang menjadi target kinerja kami

Mau saya ompong atau tidak, asal kepentingan mereka terlaksana dengan baik maka para stake holders tak akan protes.

Semangat Pagi, Jakarta !

Hujan deras mengguyur Jakarta semalaman. Selepas shalat shubuh saya penuh semangat kembali ke ranjang, mematikan kipas angin dan menarik selimut rapat-rapat.
Sesekali melirik jam, ah masih 05.15...ntar aja deh jam 05.30 saya tidur lagi.
Terbangun lagi, ah masih jam 05.42, jam 6 sekalian aja deh... tarik selimut lagi.
Bangun lagi jam 06.15, dan saya masih enggan. Kata ngetrend nya sih, saya sulit move on dari kasur.

Tapi demi melihat foto kedua orang tua saya yang terpajang di rak kaca rias, saya sigap ke kamar mandi. Astaghfirullah, sebaik ini fasilitas yang dibiayai oleh orang tuaku dan aku malas-malasan....anak macam apa coba...

Tepat pukul 07.10 saya sudah cantik membahenol di kantor. Tak peduli hujan badai di luar sana memperlambat langkah kakiku :)

Senin, 03 Februari 2014

Review Ritme di Lingkungan Kerja KPKNL Jakarta III

Allah membantu saya memenuhi janji untuk menjadi PNS yang amanah dan jujur.

1. Saya ditempatkan di seksi yang memiliki beban kerja dan target cukup tinggi, sehingga waktu kerja saya produktif. Ah, biasanya saya seringkali mengganti status BBM, sekarang tidka sempat lagi.

2. Salah satu tugas saya adalah pelayanan, sehingga bertemu dengan banyak orang. Tugas ini sangat menantang, saya harus senantiasa senyum, sabar dan telaten memberikan pembinaan terhadap para stake holders. Tidak jarang saya harus merelakan jam makan siang dan istirahat saya mundur, tapi untuk urusan ibadah saya berhak undur diri terlebih dahulu.

3. Saya tidak bisa buka Facebook dan Media sosial lainnya di kantor, koneksi wifi kami diprotect sedemikian rupa. Tapi selepas jam kantor, kami bisa mengakses Facebook. Media lain saya tidak tahu, ini saja baru mencoba hari ini

4. Kami masuk pukul 07.30 dan pulang pukul 17.00 , terlambat atau pulang lebih awal semenit saja, maka pendapatan kami dipotong 1,25% . Jangan coba-coba mangkir, sehari tidak masuk kerja, pendapatan kami dipotong 5%. Saya jadi disiplin, khawatir pendapatan berkurang. Hehehhe...

Semoga saja semangat ini tak hanya di awal karir, tapi semoga menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Tidak hanya pada saya, tapi pada semua lapisan usia, semua instansi baik pemerintah atau swasta, yang ingin bangsa ini maju.

Stop Bicara, Mari Bekerja!

Bersama Mama - Ayah di Ibukota

 Assalammualaikum,


Akhir pekan kemarin merupakan liburan panjang yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, orang tuaku datang mengunjungiku di Jakarta. Aku nggak dapat tiket balik ke Surabaya sih.

Kami ke Monas, Tanah Abang, Pasar Baru sampai Kota Tua. 

Kali ini nggak mau banyak cerita, yang jelas bahagia banget rasanya 3 hari 3 malam ditemenin sama Mama Ayah di kamar kos yang sempit tapi jadi rame berkat kehadiran beliau.











Nggak sabar nunggu akhir pekan berikutnya untuk pulang ke Surabaya, Rindu setengah mati sama keluarga dan kucing-kucingku :)