Rabu, 24 September 2014

Mempersiapkan Hati untuk Kehilangan (Lagi)

Burung berkicau tanda setia pada pagi
Ku dengan engkau tak bisa dipisahkan lagi
Jantungku kau pinta pun kan ku berikan
Betapa dalamnya cinta untukmu.....


Dear my blog...

Beberapa kali kehilangan membuatku terbiasa dengan firasat ini, terbiasa dengan tanda-tanda bahwa apa-apa dan siapa-siapa yang aku cintai akan pergi. Kali ini si Gantengku yang akan pergi...

Blogku sayang, mungkinkah ada yang tau seberapa besarnya perasaanku pada dirinya. Sungguh besar, sampai rasanya tak dapat kugambarkan dan kudefinisikan disini. Sejak 2008, pertama kali menatap wajahnya, sejak itulah pada tiap doa-doaku ada namanya terselip. Bagiku dia cinta yang tak pernah padam *well,backsound nya Sandy Sandoro terdengar*.Selama ini dia selalu ada, dalam kondisi seperti apapun.
Kalau tiba-tiba dia pergi, sahabatku benar, aku pasti sudah kehilangan pegangan.

Dan aku tak bisa...
Ku tak bisa..... jauh... jauh...darimuuuu...

Rasanya ingin mengutuk diriku sendiri, kesalahan dan kecerobohanku justru membuat hubungan ini dipertaruhkan. Sekalipun yang bersangkutan bisa menerima, entah mengapa rasanya aku sudah tak punya muka lagi menghadapi semua ini. Berharap ini mimpi buruk, tapi sayangnya ini kenyataan yang tidak bisa kuhindari. Ingin lari, tapi sampai kapan. Ingin pergi meninggalkan tapi rasanya aku pun tak akan sanggup.

Bagaimana dia bertahan selama ini kan hanya karena kami berdua, tapi bagaimana dengan pihak-pihak sekitar kami. Sekalipun si Ganteng bilang semua bisa teratasi asal bersama, bagiku tak semudah itu. Seberapa beratnya kami berusaha, seberapa beratnya dia mempertahankan agar aku tidak pergi. Padahal seandainya dia tau, bahwa kata dan hatiku ini tidak sinkron. Bibirku bisa saja bilang dia lebih baik dengan yang lain, tapi  itu sama dengan menikam jantungku sendiri berkali-kali, berbicara begitu anggap saja aku sedang meremas hatiku kuat-kuat. Sampai hancur.

Bagaimana, Yaa Rabb, bagaimana aku bisa kehilangan seorang laki-laki yang jelas-jelas namanya selalu kulantunkan bertahun-tahun ini kepadaMu? Bagaimana, bila aku sudah terbiasa dengan kehadirannya setiap waktu lantas tiba-tiba dia harus pergi? Sekuat apa aku hingga cobaan ini bisa datang bertubi-tubi begini?
Sampai kapan, sampai sejauh apa dan sampai seberat apalagi cobaan kami?

Tidak bisakah, Yaa Rabb, sekali ini saja, sekali ini saja jadikan dia labuhan terakhir bagiku. Bukankah begitu mudahnya bagiMu menjadikan hatinya sebagi ttempatku pulang, menemui ketentraman, kenyamanan dan rasa aman....

Kali ini justru tertutup sudah kesempatan kami untuk dekat, untuk menghilangkan jarak yang ada.

Aku harus bagaimana lagi...

Namun ku terlanjur mencintai dirimu 
Terlambat bagiku pergi darimu 
Bagiku terlalu indah perasaan itu 
Tak mudah untukku menjauh darimu



Selasa, 02 September 2014

Balada Batik dan Makan Siang Ibu

Ibu memuji batik yang kukenakan hari ini.

Bosku sekarang memang sangat fashionable, selain cantik dan cerdas tentunya. Beliau juga memberikanku saran ketika aku pakai baju yang gelap atau jilbab yang kurang cocok dipakai ke kantor. Kurang pas di badanku yang kuntet,bantet, dan gelap ini. *cukuptaudiri*

Sejak itu aku merubah gaya busanaku, kalau di KPKNL aku bisa pakai pakaian senyamanku, disini aku nggak bisa. Apalagi menghadapi tamu-tamu yang datang ke ruangan Ibu, mulai dari pejabat eselon II sampai Direktur BUMN. Masa bosku cantik dan fashionable gitu tapi penerima tamunya berpenampilan malu-maluin, hancur reputasi kantor nanti.. *oke mulai lebay*

 Maka mulailah memaksa bangun lebih pagi, demi bisa dandan agar segar setiap saat. Juga mulai menyisihkan uang gajian untuk beli batik dan pakaian yang cukup rapi dan sedap dipandang. Minggu kemarin aku ke Thamrin City, bukan buat beli Jilbab dan dijual lagi sih, tapi buat cari batik. Batik baru itu langsung aku cuci setrika untuk aku pakai hari ini.

"Tiar batikmu baru yah?"
"Iyaaah, Ibu, jadi malu.." sambil senyum-senyum najong.
"Bagus, cocok ya kamu pakai"
"Iya bu, syukurlah"
"Beli dimana?"
"Di Thamrin City bu..."
"Beli berapa Tiar?"
"95ribu bu"
dan Ibu langsung kaget, murah banget memang yah bagi Ibu, hehehe
"Murah sekali..kamu suka bahan tidak? Ibu ada lho bahan batik, lebih bagus"

Percaya bu, percaya.. nggak ada barang Ibu yang nggak bajuuuus, bahkan oleh-oleh ibu dari Vietnam juga luar biasa bagus dan cantik tas nya..

"Nanti Ibu bawakan buat kamu ya, Kain Bali, bagus deh kamu pakai"

Huwaaaaa... mataku pasti langsung berbinar-binar deh tadi, mungkin juga idungku mimisan saking mupengnya.

Tapi sayang, kejadian Makan Siang, lebih konyol lagi. Aku kelewatan rajinnya emang.

Jadi tadi siang Ibu mau rapat jam 12.30, maka saya menawarkan makan siang dulu. Ibu bilang ingin pecel dan ikan bawal. Siyaaap!
Turunlah ke kantin Perben, beli Pecel dan Ikan Bawal yang digoreng. Tapi di warung itu nasinya habis, ya sudahlah saya beli 2 nasi dan ayam goreng plus lalapan di warung sebelahnya. Langsung lari lagi balik ruangan, mengejar jadwal rapat Ibu.
Hidangkan di piring, lengkap sendok garpu dibungkus tissue, tak lupa mengagumi kreatifitas diri sendiri, mungkin aku berbakat jadi karyawan restoran. Hahaha..
Begitu masuk ruangan Ibu, ziiiink... SALAH.
"Pecel lele itu mbak, sambel sama lalapan"
Owalah, habis di Surabaya kan Pecel ya sayuran disiram bumbu kacang yak? Hahahaha
"Tenang bu, lalapan sama sambelnya segera datang"
Buru-buru bawa keluar tuh menu yang salah, tuker sama lalapan dan sambelku, untung aja aku beli ayam goreng, dapat sambal dan lalapan.
Ini sih aku taunya Lalapan Bawal, hihihi, aku harus belajar menu Jakarta sepertinya.
______________________
Udah kan, Ibu rapat. Sebagai karyawan yang baik, aku khawatir ruangan ibu bau ikan goreng, aku beresin piring di meja makan Ibu. Sambil memuji bahwa bos ku ini rapi sekali, habis makan piringnya ditutupin tisu. Luar biasa.
Sama beresin meja Ibu dari dua cangkir teh hangat, setelah ada tamu bos yang nggak kalah BIG dari bos.
Tehnya masih sisa agak banyak, kayaknya kurang desap deh teh buatanku... *padahal udah aku cicipin loh,Eh....* 

Kujalani beberapa jam ke depan dengan tenang sampai Ibu datang dan bilang, "Aduh mbak, tadi lagi makan enak banget, aku mau lanjutin makan lagi" Ibu masih belum masuk ruangannya, belum liat meja makannya sudah bersih...

APAAAAAAH????

Aku langsung berdiri, setting muka penyesalan teramat dalam...
"Yaaah, maaf Ibu, saya sudah bereskan meja Ibu, malah saya mikirnya Ibu rapi sekali setelah makan ditutup tisu... Maaf bu..."

Meledaklah tawa Ibu, ditutup itu karena belum selesai dan pengen dilanjutin, malah aku kira untuk diberesin.
"Ibu masih lapar ya bu?"
"Iya mbak.."
Karena merasa bersalah, "Ibu mau Siomay? Ada siomay enak sekali bu, sudah melegenda, di depan lapangan futsal"

"Emang ada mbak? mau mbak, tapi siapa yang berangkat?"
"Saya bu"
"Nggak apa?"
Mengangguk mantap, lantas lari ke bawah, belikan siomay.
Begitu Ibu makan dan puas, ah..lega saya..