Kamis, 15 Desember 2011

Tragedi 6 Desember 2011 dan Hikmahnya ^.^

Assalammualaikum,

Kali ini,setalah berulang kali diingatkan dengan melihat kecelakaan di depan mata, aku yang jadi pelaku serta korban atas kecelakaan lalu lintas di Jl, Ahmad Yani, Surabaya pada tanggal 6 Desember 2011.

Sebelumnya...

Pada hari Senin kuturut ayah ke kota... eh, hari Senin ayah menelponku dan secara tiba-tiba memberiku restu untuk menjalin hubungan dengan kekasihku yang berbeda usia 8 tahun. Aku tidak tau apa yang mendasari ayahku hingga berubah pikiran begitu,tapi sayangnya yang aku rasakan justru semakin..takut. Selain semakin bahagia tentunya...

Aku tersenyum ketika ayahku mengijinkanku lewat telepon dan makin ngakak ketika mendapati ayahku memberlakukan syarat :

Ayah Tersayang : "Inget, kamu harus cek dulu kebenarannya,jangan sampai dia lelaki beristri, duda atau dia sudah punya anak!"

Jiaaaaa... lama-lama mas Semok aku suruh bawa Surat lamaran lengkap dengan SKCK dan surat keterangan belom menikah :p

Aku takut apa yang aku pertahankan ternyata mengecewakan orang tuaku. Aku takut ternyata aku belum siap untuk menjalani hubungan penuh komitmen.

Perasaanku masih tidak menentu. Aku bahagia tapi aku tidak bisa melihat wajahnya bahagia, seperti biasa, pasanganku adalah laki-laki yang ekspresinya sulit ditebak.
Harus kita pancing dulu.... Misalnya :

Tiar Imut : Mas... marah yaaaa?
Mas Diam : Emang kenapa?
Tiar Imut : Soalnya aku ngelarang mas ke luar kotaaa...
Mas Diam : Sebenernya sih iya,tapi ya sudahlah..

atau

Tiar Manis : Mas...mas cemburu ta aku deket2 ama Maz xxxx?
Mas Misterius : Ya..iya sih sebenernya..
Tiar Manis : Yaaaa bilaaang doonk....
Mas Misterius : Ya..tau sendiri laaah..

Jadi intinya selama ini dia salah menilaiku, selama ini dia pikir saya adalah dukun yang tau isi hatinya tanpa berbicara.. *plokplokplok

Bisa jadi dia juga merasakan apa yang aku rasakan, ketakutan akan salah memilih pasangan, atau mungkin dia mulai berfikir ulang untuk hidup dengan wanita sepertiku yang :
Bawel, Suka ngomel, Cerewet, susah dikasih tau, ga bisa diem, cemburuan, suka ngupil sembarangan trus ditaroh dimana-mana (ninggalin jejak kekuasaan geetooo) dan doyan makan.

Jadi pikiran itu menggangguku pada keesokan harinya.

Hari itu, 6 Desember 2011

Aku berangkat ke kantor. Sepagian itu mamaku sibuk mempersiapkan keperluanku bahkan motorku juga Mama yang manasin. Selanjutnya aku berangkat dengan hati riang gembira, kawat gigiku yang baru berwarna kuning ceria. Pokoknya mah aku senyam-senyum terus mengetahui hubunganku dan Mas Semok (Halah, daritadi gonta ganti mulu namanya ah...) bisa dilanjutkan ke tahapan lebih serius. Mungkin Tahapan BCA....

Setelah tambal ban, aku melaju dengan kecepatan lumayan, ya bisa dibilang motorku tercinta yang belum genap 1 tahun itu bisa ngeGas sendiri saking aku kebawa euphoria.
Tiba-tiba ketika sadar aku sudah berada cukup dekat dengan motor yang berhenti karena lagi ada orang nyebrang.

Antara speedometerku yang menunjukkan angka 70-80Km/jam hingga pilihan untuk nabrak motor di depanku atau menabrakkan diri ke pembatas jalan...
Aku memilih meredam tekanan dengan menabrak motor di depanku. Setidaknya tidak memperparah keadaan daripada gambling kepalaku nyungsrek di trotoar.

Aku jatuh ke kanan jalan, motorku di kiri jalan. Sedang aku tak sempat melihat korban yang aku tabrak. Si Mbak-mbak ngomel-ngomel karena jatuh. Aku merasa mulutku aneh, basah dan rasanya nggak nyaman. Aku berjalan ke pinggir jalan sambil melepas helm dan slayerku. Seketika slayer yang aku gunakan layaknya mangkok berisi sup merah. Merah darah. dengan gigiku yang copot sebagai pemanisnya.

Aku tidak khawatir, aku tidak menangis, juga tidak pingsan.

Aku minta maaf pada si Mbak yang aku tabrak,yang lantas menutup wajahnya ketika melihat wajahku dan ngeloyor pergi begitu saja. Aku masih mencoba menghubungi Mas Semok. soalnya kalau menghubungi Mama aku kuatir mama semakin panik dan pingsan. Tapi sayang Mas Semok ga bisa dihubungi.

Aku jadi penasaran sama mukaku, secara orang-orang di sekelilingku histeris ngeliat aku. Aku telpon Mas Semok sambil menuju kaca spion dan seketika aku langsung menyimpan HP ku, segera minta tolong Mas-Mas Departemen Perhubungan untuk nganter ke Rumah Sakit.

Bibir atasku terlipat gitu ke dalam, gigiku langsung ompong dan darah tidak berhenti mengucur.
Aku jelas berhenti menghubungi Mas Semok, mau aku foto tapi aku takut malah pamali ntar ga bisa balik.

Berikut pembicaraan bersama Mas - Mas Dephub.
MD (Mas Dephub) : Mbak, udah ada yg bisa dihubungi?
TBTTI (Tiar Berdarah Tapi Tetep Imut) : Ndak ada mas,mas tolong bawa saya ke Rumah Sakit Islam,mas.
MD : Oh iya mbak, ada kok Rumah Sakit dekat sini mbak.
TBTTI : *ngasih kunci motor ke mas dephub,tenang dan damai karena mau ke rumah sakit terdekat


Maka aku dibonceng naik Barang Bukti, sepanjang jalan MD selalu nanyain kondisiku. Sedang aku sibuk menahan darahku yang mengucur membuat jaket tersayangku, Yang Thanks Ya Allah aku pakai jaket tebal, berdarah-darah. Lalu kami berhenti di sebuah pagar dengan pos Satpam.

Terimakasih Ya Allah, Rumah Sakitnya dekat...

MD : "Pak..."
TBTTI : harap-harap cemas
MD : "RUMAH SAKIT TERDEKAT DIMANA YA?"

Arrrggghhh.. ternyata kami masih berputar-putar... Kepalaku makin pusing, darahku makin deras...

Akhirnya nah looo.. tetep di Rumah Sakit Islam toooh..

Akhirnya karena aku pengen cepet bibirku normal kembali maka aku pun ke UGD jalan kaki sendiri. langsung tolah toleh ngelepas semua helm, jaket, jilbab dan segalanya... kecuali baju dan celana. Klo copot semua ntar disangka mau numpang mandi.

Aku udah panik minta perawat balikin bibirku.

Tiar Panik Tapi Tetep Imut (TPTTI) : Mbak..mbak.. bibirku bisa kembali kan mbaaak??? *terasa ujung kawat behelku mencuat
Perawat Baik Hati (PBH) : Lho mau dibalikin kayak gimana lagi/ udah kayak gini...


Zhiiiing... apakah maksudnya itu terlalu rusak sampai ndak bisa kembali????!!!!
Aku ambil HP ku yang ada kamera depannya (ih canggih euy.. hihihi) dan melihat bibirku yang terlipat sudah normal kembali tapi darah kemana-mana. Andai aku tadahin mungkin aku ga perlu kecewa bolak-balik PMI hanya karena HB ku akhir-akhir ini rendah, ya langsung aja aku donorin darah itu.

Karena mukaku udah cantik lagi,aku baru telpon Mas Semok. Tapi sayang, dokter meminta KTP ku dan seketika sadarlah aku!!!!

Aku ga bawa Dompet.
Yang artinya ga bawa uang
ga bawa KTP
ga bawa SIM
ga bawa STNK
ga bawa Surat Kawin karena belom boleh berkahwin (mak,kok jadi encik-encik malaysia begini??)

Alhamdulillah ga ada polisi, kalau urusan polisi dulu bisa-bisa aku matyi kehabisan darah di pos polisi terdekat.
Maaf pak pol.. saya hanya berusaha mencari sesuatu untuk disyukuri :)

Aku disibukkan dengan mengisi form, lalu mulutku sibuk ditowal towel untuk dibersihkan lukanya. Aku sibuk merengek. Perihnya terasa sangat saat mulutku dibersihkan. Lantas aku mengalihkan dengan menghubungi kantor, menghubungi mama yang seketika panik dan naik taksi sampe nyasar2, dan mas Semok menghubungi perawatku. Lhoooo??? Kan mulutku udah dijahiittt.. ga bisa ngomong.

Dulu kala jaman adikku operasi pengangkatan tumor tulang aku ngerasa ngilu bayangin dia dijahit. Kali ini aku merasakan bagaimana benang-benang itu menggesek kulit bibirku yang seksi ini.
Tiar : "Pak..." memegang pergelangan tangan penjahit mulut, "pak..saya takuut..."
Penjahit : "Lho,takut itu tadi waktu nyetir,sekarang dirawat ditangani ga boleh takut"

Aku langsung diem. Cleb. Ngambek.
Maka aku pulang dengan gigi bogang, 2 gigi tercabut dari gusi,sempurna tercabut. Dengan total 19 jahitan di mulutku. 13 bagian dalam dan 6 bagian luar.

Selama kejadian hingga proses pemulihan, harus aku akui bahwa banyak hikmah yang aku dapatkan. Paling terasa ya saat ayah pulang ke rumah, secara aku sangat merindukan perhatian ayahku tercinta. Langsung aku peluk deh sambil nangis, bukan karena sakit tapi karena rindunya aku pada Ayah...

Ketulusan Mas Semok nganterin aku kemana-mana, nungguin kontrol dan lain sebagainya sekalipun saat itu dia sedang sibuk, ada pekerjaan atau lelah ternyata membuat ayahku menggolkan ijin menikah.

Sebelumnya ayah selalu cemas aku menikah lebih dulu, tapi kemarin,saat mengantarkan aku pulang dari kantor (iyaah saya udah ngantor lagi... )

"Ditabung uangnya,tiar..kamu kan mau nikah... Maaf orang tua tidak bisa membantu,selama ini bikin susah kamu..."

dan saya harus menyembunyikan tangis haru dibelakang punggung ayah yang menyetir motor....

1 komentar:

  1. wah saya bisa nyasar ke blog mbaknya setelah iseng googling tentang seserahan, salam kenal sebelumnya :)
    baca cerita mbak e jd sebel ama yg mbak tabrak itu, pergi begitu saja tanpa bantuin? dasar.
    blog yg terakhir jg sudah saya baca.. yg sabar yah mbak, semoga dpt yg lebih baik ke depannya.. amiin :)

    BalasHapus