Rabu, 04 Juni 2014

Pertemuan Hati *Bagian 1

Bismillah, Semoga Allah Menjaga Hubungan Ini

******************************************

Assalammualaikum...

Pada suatu pagi yang gelap karena adzan shubuh bahkan belum terdengar, aku bangun dengan hati riang gembira. Mandi pagi dengan air dingin yang serasa menusuk tulang, lantas dengan sepenuh daya setengah berlari menuju stasiun Pasar Senen. 
Yupz, pagi itu aku akan bertolak ke Semarang lagi menemui seseorang yang kucinta sepenuh hati. Tapi karena jadwal yang padat, aku bahkan tak sempat menukarkan tiket jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga aku harus mengejar ketentuan penukaran tiket maksimal 1 jam sebelum keberangkatan. 
Ransel berat dan lengan yang tak kunjung membaik tak menyurutkan niatku meloncati portal gang kos. Syukurlah aku tak perlu brutal loncat indah, karena seorang bapak berbaik hati membukakan ruas pagar portal untukku. Aku bergegas menuju Stasiun Pasar Senen, Astaghfirullah... bahkan langit masih gelap... tapi para bencong sudah pulang. Beruntungnya ada bajaj yang berhenti di depanku, aku pun naik bajaj ke stasiun. 

Berusaha terus berdoa biar bisa cetak alhamdulillah bisa dicetak di mesin cetak otomatis tanpa ada halangan berarti. Lalu segera menuju mushola, mengingat pesan si Kakanda tercinta yang minta aku dandan *haiiish*. Disana ada seorang ibu sepuh yang menyapaku dan mengobrol bersamaku, "Wis ayu nduk, ora usah dandan..." (Sudah cantik, nak. Tidak perlu dandan) sapa beliau. Aku tersenyum menanggapi. Dia sendirian rupanya, usai menjenguk anaknya yang tinggal di Jakarta. Subhanallah... kasih sayang orang tua memang luar biasa. Bahkan beliau sholat pun dengan duduk, mungkin kaki nya lelah tak bisa berdiri terlalu lama :) Semoga ibu tersebut selalu sehat.

Lantas aku masuk ke stasiun, dengan kondisi lapar luar biasa, busetdah...aku ini penderita penyakit susah kenyang  maag akut. Naik di atas kereta aku berdoa biar ada penjual makanan, apa daya rupanya sekarang udah nggak ada lagi. Ini juga pertama kalinya naik kereta ekonomi Jakarta-Semarang yang dalam rencananya akan memakan waktu 7 jam perjalanan. Sandaran tempat duduknya tegak sempurna, tak sesuai lekuk punggungku, tapi apa mau dikata, sebagai CPNS Magang yang belum menerima gaji, aku harus belajar hidup prihatin. Lupakan kebiasaan naik pesawat kemana-mana, naik kelas eksekutif saja rasanya sudah tak mungkin. Maka di sudut kereta ekonomi inilah, berbaur dengan hiruk pikuk penumpang, aku harus melawan phobia ku atas ruang sempit tertutup dan kebisingan percakapan orang-orang dengan memandang jendela keluar, menatap matahari yang malu-malu menyembul memberikan sinar sebagai sumber kehidupan.


Didepanku duduk dua orang laki-laki, di sampingku seorang bapak pula. Alhamdulillah mereka memberikan tempat yang cukup luas untuk ruang gerakku, usai membaca Al-Quran beberapa surat, aku terlelap... Lapar tak lagi terasa, mimpiku begitu indah. Aku bermimpi berjalan di pantai dengan pasirnya yang putih, dengan langit biru yang luar biasa indahnya. Terimakasih Yaa Rabb...

Sepanjang perjalanan aku berkomunikasi denganmu. Sudah kuduga kali ini kau akan menungguku di stasiun, sebab jika kau terlambat menjemput biasanya kau akan ricuh menghubungiku. Memastikanku akan baik-baik saja dan tempat terbaik menunggumu dengan aman ada dimana :)

Sesampainya di stasiun Semarang Poncol, aku menatapmu duduk di bangku kaya stasiun. Subhanallah, kau selalu tampak ribuan kali lebih tampan tiap kita bertemu. Kau pun tersenyum menyambutku, menggodaku dengan suaramu yang khas. Lalu kita berboncengan melenyapkan kelaparan.

Kau tau, momen yang paling kusukai saat kita makan adalah saat mengaduk teh hangat gelasmu. Menatap fokus pada gula yang bertebaran lantas berangsur-angsur larut. Entahlah, aku menikmati saat-saat melakukan hal kecil untukmu. Memang takkan pernah sebanding dengan yang kau lakukan untukku sih...

Lalu kita menuju kota kelahiranmu, kota tempat tinggalmu. Menginap di rumah sahabat kita, lalu kau pun memintaku duduk diseberangmu. Kau menggoda riasanku, kau membuatku kesal karena apapun yang aku lakukan rupanya tak kunjung membuatmu senang. Aduh, bagaimana aku tak sedih bila rupanya belum bisa menyenangkanmu...

Malam itu aku bersenda gurau dengan ibu dan nenek sahabat kita. Aku agak kesulitan, karena beliau tak bisa berbahasa Indonesia sedangkan aku tak fasih berbicara bahasa jawa yang alus... Gaya bicaraku sungguh sangat Suroboyoan .

Kau sedang ada kegiatan dengan rekan-rekanmu. Kau bilang akan absen dari kegiatan itu, aku bilang tidak. Jangan sampai kita menomorduakan urusan akhirat untuk pertemuan di dunia mas... Sungguh lebih baik kita terpisah di dunia tapi dipersatukan di Surga :)

Maka aku menunggumu, kau datang lebih larut dari janjimu. Aku berupaya tampil sebaik mungkin namun rupanya kau masih tak senang juga melihatku memakai baju terusan. "Kelihatan tua" katamu... Hehehhe... aku memang tidak muda lagi sayang :)

Aku lantas berganti pakaian, celana panjang dan baju longgar yang cukup panjang. Lantas kita keluar sebentar membeli camilan, roti bakar coklat keju kesukaanku :) Mas, kau sungguh-sungguh tak bisa menolak semua keinginanku ya..... ? Hehehehe...

Malamnya, kau masih memintaku menemani lewat telepon. Astaghfirullah, kau rupanya cukup manja :)

Paginya kau sudah sibuk membangunkanku, menjemput pagi benar. Sarapan bersamamu di depan rekan-rekanmu itu sepertinya momen yang paling kau sukai. Kau jadi bebas merdeka menggangu dan menggodaku. Manja memintaku menuangkan nasi untukmu, lantas kau melakukan hal yang sama sembari berkata "Gantian ya, saya yang mengambilkan dek Tiar..."
Sayang, kau begitu romantis...

Pagi itu seharian kita lalui dengan membahagiakan meskipun di penghujung pertemuan kita kau membuatku kesal, tapi kau selalu bisa meluluhkan hatiku dengan cara sederhana dan mempesona...

*to be continued



0 komentar:

Posting Komentar